Channel9.id-Jakarta. Demo lanjutan yang telah berlangsung 13 pekan ini, kembali berujung bentrok. Hong Kong yang saat ini telah dikuasai kembali oleh pemerintah China, berada dalam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Dikutip dari reuters , polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan water cannon pada pengunjuk rasa, yang kemudian dibalas dengan lemparan bom molotov Sabtu (31/8) malam waktu setempat.
Bentrok yang terjadi di sekitar Markas Pembebasan Rakyat Tiongkok dan kantor pemerintah, dimana polisi menembakkan gas air mata kearah pengunjuk rasa yang berlindung dibalik payung yang selalu dibawa para pendemo. Massa juga melemparkan batu bata yang diambil dari jalur polisi di jalanan.
Water cannon yang ditembakkan polisi berisi air berwarna biru, seringkali digunakan untuk memudahkan identifikasi para pendemo.

Aparat kepolisian berjalan kaki menuju wilayah distrik Admiralty, diikuti oleh 20 mobil polisi, dimana massa menembakkan bom molotov dari jalan laying. Beberapa bom molotov yang dilemparkan massa, mendarat nyaris mengenai polisi yang berada dibawah.
Belum ada laporan jatuhnya korban dari pihak kepolisian.
Di wilayah sekitar distrik bar dan restoran Wanchai, polisi melawan massa yang lari dan memukuli mereka dengan pentungan. Polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa.
Massa berkumpul untuk merayakan lima tahun atas keputusan China membatasi reformasi demokratis dan mengesampingkan pemilihan umum universal di Hong Kong, yang memicu terjadinya gerakan unjuk rasa selama 79 hari pada 2014, yang disebut “Umbrella Movement” atau “Gerakan Payung”.
Para pengunjuk rasa bertekad untuk tidak membiarkan gerakan massa kali ini berakhir dengan kegagalan seperti lima tahun lalu.
Situs pemerintah news.gov.hk website mengatakan, tindakan memulai reformasi dengan terburu-buru akan membuat polarisasi di masyarakat, dan bukan tindakan yang bertanggungjawab.
Situs itu juga menyebutkan bahwa setiap diskusi terkait pengembangan konstitusional harus berdasar hukum, dan dilakukan dalam situasi damai dan saling percaya.
Sementara itu, pejabat senior China memperingatkan jika kekacauan terus berlanjut, maka pemerintahnya akan campur tangan.
Sebelumnya, pada Jumat (30/8), pihak berwenang Hong Kong menahan setidaknya lima aktivis berpengaruh dan tiga orang anggota parlemen yang mendukung gerakan pro-demokrasi. Penangkapan tersebut diduga bertujuan untuk menggagalkan rencana aksi unjuk rasa pada akhir pekan ini.
Dua dari aktivis yang ditahan, yakni Joshua Wong dan Agnes Chow, merupakan tokoh Gerakan Payung. Keduanya ditahan dan didakwa atas tuduhan menghasut orang lain untuk ambil bagian dalam pertemuan tidak sah. Namun keduanya telah dilepaskan kembali pada Sabtu (31/8) dengan membayar jaminan HK$10.000.

Polisi juga mengonfirmasi telah menahan tiga anggota parlemen dan seorang anggota dewan distrik atas tuduhan terkait tindakan mereka dalam aksi protes sebelumnya. Namun polisi membantah, penangkapan para aktivis dan tokoh pro-demokrasi itu dilakukan untuk melemahkan aksi protes pada akhir pekan.