Channel9.id – Jakarta. Ketua Umum Pendidik Indonesia Pelopor Perubahan, Nina Krisna Ramdhani menyampaikan pesan untuk guru dan kepala sekolah penerima manfaat dana hibah Program Organisasi Penggerak (POP) di masa pandemi.
Nina menilai, guru dan kepala sekolah yang mendapat manfaat dana hibah tersebut, akan sulit untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak.
Lantaran, standar pendidikan yang ditetapkan pihak tersebut mewajibkan tiap anak memiliki laptop, gawai dan kuota untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi.
Namun, penerima dana hibah tersebut seakan lupa bahwa masih banyak siswa dan orang tua siswa yang sulit untuk membeli kuota. Membeli beras pun sulit.
“Kita akan dilatih, tetapi siswa kita tertatih, orang tuanya merintih. Kita akan ditingkatkan kompetensi, sementara siswa kita depresi, orang tuanya hipertensi,” kata Nina berdasar keterangan resmi, Rabu (29/7).
Nina menilai, memang ilmu yang diberikan akan meningkatkan pengetahuan siswa. Namun, hal itu akan sulit dicapai mengingat banyak masyarakat yang tak mampu membeli kuota.
“Ilmu kita akan tambah kaya, sementara siswa tak punya kuota, mata orang tuanya berkaca-kaca. Katanya keterampilan mengajar kita akan didongkrak, namun siswa kita tetap merangkak, orang tuanya cari hutangan ke tengkulak,” katanya.
“Konon kita akan mendapat manfaat hibah yang mahal, namun siswa kita susah sinyal, bapak-ibunya hanya bisa menyesal, merasa bernasib sial,” lanjutnya.
Karena itu, Nina meragukan tujuan POP untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
“Organisasi Penggerak yang akan melatih kita bonavid, sementara siswa kita gak punya android, hati orang tuanya hanya bisa menjerit. Dengan dilatih kita akan “naik kelas”, tapi siswa kita hanya bisa terduduk lemas, karena orang tuanya kena imbas, dirumahkan tak mampu beli beras,”
“Sanggupkah kita menerima semua kemewahan dan kebanggaan ini? Ditengah siswa dan orang tua siswa penuh sengsara dimasa pandemi?” pungkasnya.
(HY)