Internasional

Professor NUS: Kebangkitan Supremasi Kulit Putih Harus Dipahami dan Diwaspadai

Channel9.id – Jakarta. Professor National University of Singapore Bilveer Singh menyatakan, narasi terorisme kerap kali dikaitkan dengan aksi kekerasan yang dilakukan kelompok ekstremis agama (Islam). Narasi tersebut mendominasi di ruang publik sehingga melupakan kelompok lain yang juga melakukan tindakan kekerasan. Salah satu kelompok yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah kelompok Supremasi Kulit Putih.

“Kelompok terorisme tak hanya ekstremis Islam, ekstremis agama. Tapi ada juga kelompok Supremasi Kulit putih yang sudah mulai bangkit. Sayangnya, narasi itu di ruang publik tidak mendominasi. Padahal isu kekerasan yang dilakukan kelompok supremasi kulit putih sudah lama, tapi jarang didiskusikan,” kata Bilveer dalam Webinar yang diadakan ISNU DKI Jakarta, Sabtu (18/7).

Menurut Bilveer, jarangnya pembahasan tentang hal itu karena pemimpin Barat sengaja mempertahankan narasi bahwa teroris adalah kelompok agama. Tujuannya untuk dijadikan sebagai kambing hitam.

“Kita hidup di dunia yang berbahaya, banyak ancaman, negara-negara miskin, non kulit putih dan non kristen selalu jadi kambing hitam apa saja masalah di dunia ini: kekejaman, kekerasan, ekstremisme, terorisme, HAM, lingkungan hidup, non-demokrasi, dan sebagainya. Padahal bukan negara dunia ketiga yang melakukan,” kata Bilveer.

“Negara barat sudah berdosa sejak abad ke-16, dan sudah jadi kebiasaan mereka untuk menyalahkan kita selalu. Suatu naratif yang sudah mendarah daging di mereka. Benar tak benar mereka menyatakan, ‘Ayo kita salahkan orang kulit hitam, coklat yang non-kristen’, dan ini masih berjalan. Lihat saja kata-kata Donald Trump sejak dia jadi Presiden,” lanjutnya.

Bilveer menjelaskan, kelompok supremasi kulit putih memiliki keyakinan ras-nya lebih unggul dibandingkan kelompok lain. Mereka merasa berhak mendominasi kelompok lain dilihat dari fakta sejarahnya. Sejak masa kolonial, kelompok tersebut sudah malakukan kolonialisme dan imperialisme sehingga menguasai sumber daya ekonomi, politik, budaya, dan sosial bangsa lain.

Namun, saat ini, klaim atas keunggulan mereka mulai goyah. Di Amerika Serikat, kelompok tersebut merasa keberadaanya terancam dengan kehadiran sejumlah orang luar yang menguasai ekonomi. Ini yang menyebabkan Presiden Amerika Donald Trump membuat kebijakan anti imigrasi.

“Nah sekarang naratif dominasi mereka sedang merosot dari segi klaim. Bila melihat di AS, banyak ribuan pekerja yang kesal karena melihat orang asal Cina menguasai ekonomi khususnya. Ada satu kecemburuan luar biasa,” ujarnya.

Di samping itu, Bilveer Singh menyarankan, Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara pun perlu memperhatikan pergerakan kelompok tersebut supaya pengaruhnya bisa dibendung. Menurut Bilveer, kelompok supremasi kulit putih bisa mampengaruhi kelompok Kristen di Indonesia untuk menyerang kelompok non Kristen. Terlebih, orang-orang Barat dan Eropa mudah masuk ke Indonesia.

“Ini tentu berbahaya bagi kelangsungan keberagaman hidup di Indonesia. Apalagi di Australia kelompok tersebut cukup banyak, ” kata Bilveer.

Kendati demikian, Bilveer mengingatkan, informasi tersebut bukan untuk membenci ras kulit putih. Bilveer hanya ingin membuka mata masyarakat.

“Saya mau sharing bukan supaya kalian membenci ras kulit putih. Saya ini isu ini menjadi mainstrem supaya bisa memahami apa yang lebih penting dan apa bisa kita lakukan,” pungkasnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  69  =  76