Channel9.id-Jakarta. Sebuah lagu tak hanya hiburan semata, tapi juga menyampaikan pesan. Demikian dengan penyanyi Rachel Cia yang tampaknya semakin memantapkan diri menapaki dunia musik dengan merilis single perdananya berjudul ‘Dopamine’. Sebuah lagu yang tidak lahir secara instan, melainkan melalui proses panjang yang memakan waktu hingga tiga tahun.
Lagu tersebut menjadi penanda babak baru dalam perjalanan bermusiknya sekaligus ruang untuk menumpahkan pengalaman personal yang pernah ia alami.
Proses penulisan Dopamine dimulai pada 2021, saat Rachel berada dalam fase kehidupan yang penuh gejolak emosi. Situasi inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya lagu perdana tersebut. Pengalaman cinta yang tidak sehat, euforia sesaat, hingga luka yang belum sembuh tertuang dalam lirik dan nuansa lagunya.
“Personal banget karena ini lahir dari fase hidupku yang unhealed dulu, yang penuh euphoria, highs-lows, toxic love saat aku sendiri belum ngerti apa itu cinta yang sehat,” kata Rachel, beberapa waktu yang lalu.
Kala itu, momen penciptaan lagu terjadi dengan spontan. Berawal dari nongkrong di studio, ia mulai menuangkan apa yang ada di isi kepala dan hatinya menjadi sebuah karya.
Dorongan untuk jujur pada perasaan sendiri membuat Dopamine menjadi sangat dekat dengan kisah hidupnya.
“Aku pengen ekspresikan perasaan dan isi kepalaku jadi sebuah karya. Mungkin waktu dulu pas buat, ini jadi lagu yang meremind kekonyolan aku dalam percintaan. Tapi kalau sekarang mungkin bisa jd semacam closure untuk versi aku yang dulu. Juga mungkin bisa relate ke orang-orang, yang kayaknya sih semua orang pernah ada di fase seperti ini dalam hidup,” bebernya.
Namun, perjalanan lagu ini menuju perilisan resmi tidak berjalan mudah. Rachel mengungkapkan bahwa versi awal Dopamine yang ditulis tiga tahun lalu memiliki perbedaan besar dibandingkan versi akhirnya yang siap didengar publik.
“Draft pertama Dopamine yang tiga tahun lalu itu rasanya sudah jauh beda sama Dopamine yang sekarang. Dopamine yang dulu mungkin sudah terdengar penuh, tapi mungkin suara dan perasaan yang aku tuangkan di recording beda. Aku harus mengingat ulang sakit dan emosinya waktu itu,” paparnya.
Selama proses tersebut, lagu ini mengalami berbagai perubahan, mulai dari aransemen, warna suara, hingga detail produksi yang lebih menggambarkan dinamika highs dan lows yang ingin ia sampaikan. Revisi demi revisi dilakukan demi menghasilkan karya yang paling jujur dan matang secara musikal.
Dalam proses kreatifnya, Rachel tak berjalan sendiri. Ia mendapat dukungan besar dari tim Floor Inc yang memberinya kebebasan untuk mengeksplorasi diri, baik dari sisi produksi musik maupun konsep visual.
“Senang banget aku bener dikasi ruang untuk eksplorasi diri dalam semua proses kreatif, produksi, visual. Floor Inc siapin tim dengan orang-orang yg terbaik dan supportive!” tegasnya.
Dukungan tersebut membuat Rachel merasa lebih percaya diri menampilkan karya yang benar-benar merepresentasikan dirinya. Baginya, Dopamine bukan hanya lagu debut, tetapi juga bentuk keberanian untuk membuka kisah masa lalu yang penuh pelajaran.
Selain menjadi media ekspresi pribadi, lagu ini juga diharapkan bisa menjadi teman bagi banyak orang yang pernah berada di fase serupa. Tema tentang cinta yang rumit, proses penyembuhan, dan pencarian jati diri menjadi nilai utama yang ingin ia bagikan kepada pendengar.
Kehadiran Dopamine sekaligus memperkuat identitas Rachel Cia sebagai musisi yang tidak takut jujur pada luka dan pengalaman hidupnya. Di tengah persaingan industri musik, langkah ini menjadi pembeda sekaligus daya tarik tersendiri bagi para penikmat karya-karyanya.
Dengan single perdana ini, Rachel Cia resmi memulai perjalanan panjangnya di industri musik Indonesia. Perjuangan selama tiga tahun menjadi bukti keseriusannya dalam berkarya, sekaligus membuka harapan baru bagi langkah-langkah musikalnya di masa depan.
Kontributor: Akhmad Sekhu




