Channel9.id – Jakarta. Di penghujung masa jabatan rektor 2019-2023, Prof, Komarudin sampaikan refleksi terkait tantangan saat Covid-19 dan akreditasi UNJ.
Menyusul proses pemilihan rektor UNJ periode 2023-2027 dan penghujung masa jabatan rektor UNJ, Prof. Dr. Komarudin menyampaikan perspektifnya mengenai beberapa tantangan yang dihadapi oleh Universitas Ex-IKIP ini.
Refleksi tersebut disampaikan pada wawancara dengan tim reportase Channel9.id di kantornya, Kamis (08/06/2023).
Prof. Komarudin menyebutkan bahwa pada 2019-2023, kampus yang dipimpinnya telah menghadapi banyak tantangan diantaranya adalah pandemi Covid-19 dan akreditasi UNJ.
“Pandemic Covid-19 yang menjadi krisis kesehatan global membawa banyak beban,” kata Prof. Komarudin.
Dis menyebut pandemi yang mengancam nyawa tersebut berdampak terhadap pelaksanaan pendidikan jarak jauh, pencegahan penyebaran covid-19, dan dampak ekonomi dari pandemi.
“Penyelenggaran perkuliahan jarak jauh sangat sulit berhadapan dengan teknologi yang belum familiar oleh masyarakat UNJ. Disamping itu pembelajaran jarak jauh membutuhkan infrastruktur pendukung dalam hal seperti jaringan dan kuota,” jelas Prof. Komarudin.
Professor dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini menyadari kalau pembelajaran berbasis daring sangat berpotensi learning loss. Meskipun begitu, dia optimis dan percaya bahwa mahasiswa dengan bidang teoritik UNJ sudah terbiasa belajar mandiri dan terstrutur.
“Namun masalah terbesar adalah mahasiswa yang harus praktikum,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai pengalamannya menghadapi tantangan terkait Covid-19, Prof. Komarudin menyebutkan bahwa UNJ telah menjalankan beberapa program.
“UNJ telah membuat Learning Management System (LMS) infrastruktur digital yang mendukung pembelajaran daring,” ungkap dia.
Pengadaan sistem digital tersebut beriringan dengan dorongan terhadap dosen untuk adaptif terhadap teknologi.
Disamping itu, UNJ juga telah menjalankan program bantuan kuota internet bagi mahasiswa.
“Program yang menyerap anggaran sebesar Rp 4-6 miliar itu berasal dari pendapatan UNJ. Pada perkembangannya, program bantuan kuota mendapat dukungan dari pemerintah,” katanya menambahkan.
Tidak hanya itu, Prof. Komarudin menyinggung juga masalah ekonomi yang dihadapi oleh keluarga mahasiswa. Masalah ekonomi keluarga mahasiswa berupa penurunan pendapatan keluarga.
“UNJ mengadakan pembebasan uang kuliah tunggal (UKT), penundaan UKT, dan perubahan UKT, hal ini bertujuan untuk membantu mahasiswa. Kisaran anggarannya Rp 8-10 miliar per semester,” beber Prof. Komarudin.
Selain dampak pandemi, UNJ disebut masih harus memperhatikan akreditasi universitas yang sempat menurun dari peringkat A menuju B. Prof. Komarudin menyebut bahwa hasil survei terhadap UNJ menempatkan kampus di peringat B. Hal inilah yang dia sebut menjadi prioritas program selama masa kepemimpinannya. Dan hasilnya, pada 2019, UNJ berhasil kembali mendapat akreditasi unggul.
“Saat terpilih, akreditasi jadi perhatian kami. Langsung kerja menggejot akreditasi, “ ucapnya saat menyinggung perihal akreditasi.
Rektor UNJ ini menyebutkan bahwa UNJ mengumpulkan tim di bawah naungan Wakil Rektor 1 yang terdiri dari tim penjamin mutu, tim IT, dan beberapa unit lainnya.
Prof. Komarudin menyebutkan bahwa tim ini bekerja untuk tumbuhkan komitmen dan semangat untuk marwah UNJ. Kerja tim ini selanjutnya adalah pengumpulan data.
“Gerilya memburu data yang ada,” ucap dia.
Dia menyebut UNJ harus memperbaiki sistem teknologi informasi yang akan berfungsi sebagai pangkalan data untuk akumulasi data yang dibutuhkan.
“Dampaknya dapat dilihat dari hasil kerja tim. UNJ yang sebelumnya menduduki peringkat nasional nomor 59, berhasil menanjak ke posisi 20. Posisi UNJ bahkan bisa melampaui angka belasan,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai harapan untuk kampus yang dibinanya adalah kesadaran bahwa UNJ sangat patut untuk berkontribusi terhadap bangsa dan negara.
Prof. Komarudin sendiri memiliki slogan semangat yang dia sebut, GRENG. “Itu berarti Reputation to Englighten Nation and Globe,” ucapnya.
Disamping harapan itu, dia menyarankan 7 pilar pengelolaan Universitas yang berpusat di Rawamangung ini. Dia menjelaskan bahwa 7 pilar itu terdiri dari Core competency dan kualitas bertaraf internasional, luaran penelitian dan P2M yang berdampak, penguatan publikasi, penguatan tata kelola dan kinerja universitas, penguatan SDM dan kepakaran, optimalisasi aset dan penguatan infrastruktur sistem teknologi, dan penguatan peran alumni serta jejaring kerja sama nasional dan internasional.
Baca juga: Sempat Merosot, Begini Cerita Rektor UNJ yang Raih Akreditasi Unggul
Baca juga: Rektor: Dengan Akreditasi Unggul, UNJ Merupakan Salah Satu Kampus Terbaik di Indonesia