Channel9.id – Jakarta. Ketua Umum Relawan Arus Bawah Jokowi, Michael Umbas, memberikan komentar atas dugaan kecurangan Pemilu 2024 yang diungkap dalam film dokumenter berjudul Dirty Vote. Menurutnya, narasi kecurangan pemilu yang disebut dilakukan pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di film ini merupakan bentuk pembajakan terhadap demokrasi.
“Kami melihat ada beberapa fenomena yang boleh dibilang ini sangat mengganggu proses demokrasi yang terjadi dan bahkan kami bisa menyampaikan bahwa ini adalah bentuk pembajakan demokrasi,” ujar Umbas dalam konferensi pers para pimpinan relawan pendukung Prabowo-Gibran di kawasan Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu menduga perilisan film Dirty Vote sengaja dilakukan oleh segelintir pihak tertentu yang ingin meraih kepentingan elektoral pada Pemilu 2024. Menurutnya, hal itu dilakukan dengan cara menjatuhkan Prabowo-Gibran melalui berbagai rekayasa, baik dalam bentuk film dokumenter maupun serangan tuduhan yang ditujukan kepada Prabowo.
“Kalau kita secara jernih melihatnya, ini tidak lain adalah kepentingan elektoral yang sedang dimainkan. Tentu kami atas nama relawan Prabowo tidak bisa menerima pola-pola seperti ini karena ini pembajakan demokrasi, sama saja dengan mencegah proses demokrasi itu berlangsung dengan baik,” jelasnya.
Sebab, lanjut Umbas, sampai saat ini tidak ada bukti valid terkait kecurangan pemilu seperti yang diungkapkan oleh film dokumenter tersebut. Ia mengatakan film tersebut hanya untuk membentuk opini yang kemudian seolah-olah dianggap sebagai sebuah hal yang benar.
Ia pun menilai, narasi kecurangan pemilu serta tuduhan kepada Prabowo dan Gibran akan mengganggu masyarakat dalam menentukan pilihannya di Pemilu 2024. Umbas menyebut hal ini dilakukan oleh pihak tertentu untuk meraih dukungan elektoral.
“Proses yang dilakukan seperti ini akan mengganggu cara-cara untuk masyarakat menentukan pilihan dengan baik dan benar, dengan seolah-olah ingin menghancurkan reputasi Pak Prabowo dan Mas Gibran. Maka secara tidak langsung dengan cara ini ingin mendapatkan dukungan elektoral,” tuturnya.
Umbas pun menyinggung soal elektabilitas Prabowo-Gibran yang menembus angka 50 persen berdasarkan temuan berbagai lembaga survei. Menurutnya, serangan terhadap Prabowo-Gibran ini dilakukan karena adanya pihak-pihak yang tidak menerima angka elektabilitas tersebut.
“Fenomena tingginya survei pasangan kami ini sepertinya tidak bisa diterima dengan akal sehat oleh kelompok-kelompok yang merasa akan kalah, sehingga cara-cara menyerang ini dilakukan secara masif dan menurut kami sudah membabi buta dan skenarionya sudah sangat terstruktur,” jelas Umbas.
“Sehingga kalau kita biarkan maka sama saja kita membiarkan yang rugi bukan pasangan kami, Prabowo-Gibran, tapi demokrasi sendiri itu dirusak oleh kepentingan elektoral yang ingin dimainkan,” sambungnya.
Sebagai informasi, Dirty Vote merupakan sebuah film dokumenter yang resmi dirilis di kanal YouTube Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) Indonesia pada Minggu (11/2/2024). Film tersebut menyita perhatian publik karena mengungkap dugaan kecurangan pada Pemilu 2024 yang memicu rusaknya tatanan demokrasi.
Film berdurasi 1 jam 57 menit ini merupakan sebuah karya dari sutradara Dandhy Laksono yang dibintangi oleh tiga pakar hukum tata negara. Ketiga ahli hukum tata negara tersebut adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Dalam film tersebut, mereka menilai adanya penggunaan instrumen kekuasaan yang kuat, terstruktur, dan sistematis untuk mencalonkan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, hingga memenangkan Pilpres 2024.
Selain menghadirkan tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang hukum tata negara, film Dirty Vote juga menarik perhatian karena ditayangkan di tengah masa tenang pemilu, yakni pada tanggal 11-13 Februari 2024.
HT