Opini

REUNI 212 DAN POLITIK BERWAWASAN KEMANUSIAAN.

Oleh:Yanuar Iwan S.

Reuni 212 digagas dari gerakan moral keagamaan yang esensinya adalah peringatan bagi siapa saja yang melakukan penistaan bukan saja terhadap agama Islam,tetapi agama manapun yang dinistakan konsekuensinya akan berhadapan dengan hak asasi manusia universal paling mendasar yaitu keyakinan dan keimanan.Manusia akan sanggup mempertaruhkan segalanya karena keyakinan dan keimanannya dimarginalkan.

Reuni 212 bisa menjadi cermin dalam kerangka kenangan dan memori bersama untuk menjadi koreksi kolektif bangsa bahwa ada kendala danpersoalan yang harus terus diperbaiki ataupun disikapi dengan kebijakan dan mawas diri terutama pada pusat-pusat kekuasaan yang selalu akrab dengan pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai agama, politik,ekonomi,pendidikan dan  kebudayaan serta pertahanan dan keamanan.

Politik berwawasan kemanusiaan adalah prioritas dan kepastian bahwa hal-hal bernuansa kemanusiaan selalu mewarnai pengambilan keputusan tersebut.Kekuasaan pada lembaga pemerintahan akan terus menjadi model perilaku politik masyarakat.

Kita mengapresiasi Slamet Maarif ketua  persaudaraan alumni 212 yang menyatakan bahwa kedua pihak yang saling bersaing dalam pilpres 2019 akan diundang besertaKapolri dan Pangab termasuk tokoh-tokoh lintas agama.Dan masyarakat non Islamdiperkenankan untuk hadir.

“Reuni 212 bukanlah sebagai ajang politik praktis atau kampanye.Maka dari itu jangan campuri acara ini dengan atribut politik,partai dan sejenisnya cukuplah pakaian putih-putih dengan atribut tauhid,baik topi,kaus,bendera dan lainnya yangmelengkapi dan menyemarakkan reuni 212 ini lanjut Maarif.

Reuni 212 bisa dijadikan wahana untuk lebih menghidupkan sisi-sisi kemanusiaan dan membangun kembali peradaban politik yang goyah sebagai dampak dan akibat dari politik kekerasan yang berwujud pertentangan antar kelompok,ujaran kebencian dan diskriminasi karena perbedaan agama dan keyakinan serta memarginalkan mereka yang berbeda dari kita.

Reuni 212 bisa menjadi tolak ukur pelaksanaan demokrasi dan politik berwawasan kemanusiaan karena Islam selalu menekankan bahwa manusia adalah khalifah dimuka bumi yang menebar  kebijakan,kebaikan,dan kehalusan budi.

Semoga tidak ada lagi sikap paranoid berlebihan terhadapreuni 212 yang justru kontra produktif dengan rasa toleransi dan prinsip-prinsip demokrasi jadikan reuni 212 cermin besar koreksi seluruh unsur anak bangsa didalam menghadapi dinamika politik tahun 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  14  =  19