Riset Sebutkan Berkebun dapat Menangani Stress
Lifestyle & Sport

Riset Sebutkan Berkebun dapat Menangani Stress

Channel9.id – Jakarta. Hobi berkebun kembali temukan penggemar baru saat ini. Salah satu penyebabnya adalah pandemi covid-19 yang mendorong hobi ditemukan kembali oleh banyak orang. Sebagai hobi fisik, hal ini dapat membantu menghibur keluarga terutama anak-anak.

Di Amerika sendiri kegiatan berkebun menjadi kerja sampingan banyak orang karena tingginya berita covid-19 yang mendorong kecemasan. Dilansir dari Healthline, banyak orang terputus dari pergaulan lantaran social distancing selama pagebluk itu. Jumlah orang yang jadi pelanggan toko kebun meningkat dengan tingginya permintaan biji dan alat kebun.

Setelah Covid-19, hobi ini masih bertahan di kalangan masyarakat. Salah satunya karena berkebun memiliki banyak manfaat bagi pelakunya. Lisa Wimmer, praktisi kesehatan keluarga dalam blog Mayoclinic, menyebutkan bahwa kegiatan positif ini memiliki berbagai dampak baik. Diatarnya adalah menjadi sarana kegiatan fisik seperti olahraga, memperbaiki pola makanan, menghabiskan waktu di alam, mengeratkan ikatan sosial, dan terutama sangat membantu melawan stress.

Ia menyebut berkebun amat berguna untuk stress karena kaitan erat dengan aktivitas fisik. Selain itu, kegiatan ini menciptakan keteraturan dan ritme kegiatan sehari-sehari. “Rutinitas itu membantu membentuk struktur keseharian saya, karena harus selalu mengurus secara rutin,” tulisnya. Setelah seharian kerja sebagai tenaga kesehatan, ia merasakan kegiatan mengurus tanaman sebagai aktivitas yang menenangkan diri.

Baca juga: Beberapa Penyebab False-Positive Kehamilan Setelah Tes

Dalam studi yang dilakukan pada 2011 oleh Agnes E. Van Den Berg dan rekan, ditemukan bahwa berkebun dapat menurunkan hormon stress dalam tubuh. Partisipan percobaan ini awalnya diminta untuk melakukan kegiatan yang mendorong stress, setelah itu mereka diminat memilih membaca atau berkebun. Kelompok partisipan yang berkebun ditemukan lebih tenang dibanding yang membaca.

Studi lain yang dilakukan pada 2011 oleh Marianne Thorsen Gonzalez dan rekan, menemukan bahwa pasien dengan dianogsa depresi diminta diminta untuk berkebun selama 12 minggu. Setelah itu dilakukan evaluasi. Peneliti menemukan gejala depresi selama uji coba berlangsung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  54  =  55