Nasional

Rohaniwan Kristen di Bandung Diminta Stop Gelar Kegiatan Keagamaan di Rumahnya

Channel9.id – Jakarta. Seorang rohaniwan Kristen di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Soreang, Kabupaten Bandung, Ferry Simanjuntak mengaku diminta untuk mendatangani surat pernyataan penghentian semua kegiatan Pembinaan Iman, Ibadah, dan Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang digelar di kediamannya.

Rohaniwan Kristen sekaligus dosen di sebuah Sekolah Tinggi Teologi Kristen di Kota Bandung itu mengaku terpaksa menandatangani surat pernyataan tersebut. Sebab, RT dan RW setempat, Kepala Desa, Kapolsek, Babin dan beberapa orang lainnya mengatakan bahwa masyarakat resah atas kegiatan yang Ferry adakan tersebut. Bahkan, Ferry mengatakan bahwa masyarakat berniat melakukan penggerebekan terhadap dirinya.

“Per tanggal 28 Mei 2023, saya bersama istri dipanggil untuk melakukan pertemuan di Balai RW yang dihadiri oleh RT dan RW setempat, Bapak Kepala Desa, Bapak Kapolsek, Babin dan beberapa orang lainnya. Dalam pertemuan itulah saya diminta untuk mendatangani Surat Pernyataan penghentian semua kegiatan,” kata Ferry dalam keterangan tertulis yang diterima Channel9.id, Jumat (2/6/2023).

Ferry mengungkapkan, awalnya, pada 2015 lalu, kurang lebih 30-an anak-anak Kristen SD, SMP, SMA yang berasal dari Komplek Perumnas Parahyangan Kencana Soreang meminta nilai PAK kepada dirinya. Sebab, lanjut Ferry, di sekolah mereka masing-masing tidak ada pembelajaran maupun Guru PAK.

Ia menuturkan, berdasarkan hasil diskusi dengan para orang tua siswa, disepakati bahwa anak-anak mereka mengikuti kegiatan pembinaan iman dan PAK yang diselenggarakan di kediaman Ferry.

“Pembinaan iman dan pengajaran Pendidikan Agama Kristen itu kami selenggarakan di luar hari Minggu,” tutur Ferry.

Kemudian, pada tahun 2020, semua kegiatan pembinaan iman dan PAK tersebut berhenti akibat pandemi Covid-19. Meski begitu, kata Ferry, sesekali masih sempat dilakukan pembinaan iman secara daring.

“Setelah Covid-19 mereda, maka kami pun melanjutkan kegiatan pembinaan iman dan Pendidikan Agama Kristen tersebut dan tetap di luar hari Minggu,” lanjutnya.

Namun, lanjut Ferry, baik anak-anak dan orang tua mereka tetap tidak beribadah Minggu ke Bandung. Alasannya, mereka mengaku Ibadah Gereja ke Bandung terlalu jauh dengan membutuhkan waktu tempuh antara 2,5 hingga 3 jam pulang pergi.

Ferry menyampaikan, setelah berdiskusi dengan orang tua, disepakati untuk tetap melakukan pembinaan iman, PAK, dan Ibadah Minggu di kediaman Ferry. Hal itu berlangsung sejak Oktober 2022 sampai per tanggal 28 Mei 2023 yang telah dihadiri 100 jiwa.

“Baik anak-anak bersama orang tua mereka. Untuk tidak menimbulkan suara-suara bising, maka dengan swadaya sendiri serta bantuan beberapa teman kami memasang peredam suara,” ujarnya.

Namun, pada 28 Mei 2023, Ferry bersama istri dipanggil untuk melakukan pertemuan di Balai RW dan diminta untuk mendatangani surat pernyataan penghentian semua kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di kediamannya.

“Padahal baik pembinaan iman, PAK maupun ibadah yang kami selenggarakan adalah berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat Kristen setempat yang mayoritas berasal dari Komplek Perumnas Parahyangan Kencana Soreang,”

“Semua kegiatan yang kami selenggarakan itu pun tidak menimbulkan keonaran, kerusuhan, keributan, tidak mengganggu siapa pun, tidak mengancam siapa pun dan tidak berdampak negatif atau merugikan siapa pun dan pihak mana pun,” ungkap Ferry.

Saat ini, Ferry tengah menggalang advokasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya tersebut.

“Dengan tangan serta hati terbuka saya menyambut baik semua rekan yang ingin memberikan bantuan advokasi yang kami butuhkan,” pungkasnya.

Baca juga: SETARA Institute Sampaikan 5 Poin Refleksi Hari Kelahiran Pancasila

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1  +  8  =