Romo Benny
Nasional

Romo Benny: Pemilu Sarana Demokratis dan Adil Adalah Hal yang Utopis

Channel9.id-Jakarta. Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyatakan, pemilu sebagai sarana demokrasi yang ideal dan benar-benar adil adalah suatu hal yang utopis.

“Di lapangan kita menghadapi kenyataan bahwa ongkos pemilu yang mahal menjadikan hal yang seharusnya menjadi perayaan dan penghormatan terhadap demokrasi ini menjadi hal yang penuh intrik, dinamika dan transaksi,”ujarnya dalam Seminar Kebangsaan Bertajuk “Pemilu untuk Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang digelar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jumat (7/7/2023).

“Pada akhirnya, kita harus kembali pada pandangan Romo Magnis tentang Minus Mallum atau Lesser Evil yang menyatakan bahwa  kita harus memilih mereka yang dosanya paling sedikit dan karenanya sebelum pesta demokrasi yang akan diselenggarakan,”imbuh pria yang dikenal sebagai Romo Benny itu.

Pada tahun 2024, masyarakat sudah harus mulai memperhatikan para calon pemimpin dengan melihat rekam jejak, kestabilan psikologis dan kemampuan mereka dalam berdiri bersama  rakyat dan pemilih.

“Kita harus bisa melihat pemimpin mana yang memiliki keutamaan yaitu mereka yang  menghormati  keberagaman, hak asasi manusia dan peduli pada mereka yang terpinggirkan,”katanya.

Romo menyebut, Indonesia adalah Negara Demokrasi dengan mayoritas Islam terbesar di Dunia dan selama ini mampu melaksanakan demokrasi dengan baik dan suksesi kepemimpinan yang relatif damai dan tanpa kekerasan.

Hal ini membuktikan bahwa citra muslim yang digaungkan oleh barat sebagai umat yang keras dan otoriter tidak terbukti, Indonesia bersama Pancasila terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan ditengah tantangan Ideologi lain yang mencoba merangsek.

“Karenanya kita harus dapat senantiasa menjaga kestabilan tersebut khususnya dalam momen Pesta Demokrasi ini. Kita harus menyadari dalam era digital ini sifat buruk bangsa Indonesia benar-benar tergali, kita tak sadar menjadi pribadi yang melodramatis, mudah terjebak pada romantisme dan masa keemasan masa  lalu serta menjadi mereka yang bersumbu pendek,”tegasnya.

Benny menyatakan bahwa pada akhirmya berkualitas atau tidaknya suatu pemilihan umum  tergantung kepada masyarakatnya, jika masyarakat berkualitas maka hasil pemilu akan berkualitas.

“Bonus demografi  Indonesia  cukup berpotensi, jika kita bisa menjaga pemilu dan pemerintahan damai maka dalam 10-15 tahun lagi kita bisa menjadi negara maju,”

“Karenanya kita tidak boleh menjadi reaktif dan pesimis, pemilu adalah panggilan kita semua untuk melaksanakan tugas mulia mencapai cita cita kemerdekaan, walau upaya tersebut tidak dapat diraih  dengan singkat namun kita harus jaga agar tetap berlangsung dengan damai dan berkualitas,”pungkasnya.

Benny menyatakan bahwa pada akhirmya berkualitas atau tidaknya suatu pemilihan umum  tergantung kepada masyarakatnya, jika masyarakat berkualitas maka hasil pemilu akan berkualitas.

“Bonus demografi  Indonesia  cukup berpotensi, jika kita bisa menjaga pemilu dan pemerintahan damai maka dalam 10-15 tahun lagi kita bisa menjadi negara maju,”

“Karenanya kita tidak boleh menjadi reaktif dan pesimis, pemilu adalah panggilan kita semua untuk melaksanakan tugas mulia mencapai cita cita kemerdekaan, walau upaya tersebut tidak dapat diraih  dengan singkat namun kita harus jaga agar tetap berlangsung dengan damai dan berkualitas,”pungkasnya.

Dalam kesempatan sama, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Mochamad Sodik menyatakan bahwa sebagai miniatur Indonesia UIN Sunan Kalijaga selalu menjaga komitmen dalam menjaga keragaman dengan berbagai macam latar belakang dalam tiap unsur Pendidikan.

Diharapkan, dengan potensi keberagaman tersebut UIN Sunan Kalijaga selalu dapat menjadi ruang terbuka yang nyaman dan aman untuk setiap unsur di dalam UIN Sunan Kalijaga dalam berbagi sudut pandang dan berdialektika. Terkait dengan tema Seminar Kebangsaan Sodik menyatakan bahwa  adil merupakan kata yang paling banyak tertulis di dalam naskah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

“Hal ini mungkin terjadi karena para founding fathers kita sadar adil merupakan hal dan cita-cita yang luhur. Namun dalam kenyataannya, merupakan hal yang paling sulit diwujudkan. Hal ini tentu menjadi tantangan bangsa Indonesia untuk benar-benar mewujudkan keadilan tersebut karena kemanusiaan kita akan utuh, jika kita bisa benar-benar menerapkan dan menjaga keadilan dan keberadaban dalam kehidupan sehari-hari,”jelasnya.

Mochamad menyatakan, perlu sinergi dari berbagai kelompok untuk menjamin dan mengedepankan kemanusiaan dan keadilan dan karenanya kita harus dan wajib meneruskan cita cita para pendiri bangsa untuk terus menjaga keadilan, kemanusiaan dan keberagaman yang terangkum dalam Pancasila.

“Kita harus senantiasa nilai nilai tersebut sesuai dengan nilai dimiliki UIN yaitu Integrasi dan interkonektif untuk meraih kebaikan, dedikasi dan inovasi. UIN selalu terbuka terhadap pembaharuan dan perbaikan keberlanjutan sebagai upaya menjaga sekaligus mengembangkan kebaikan tersebut,”tuturnya.

“Bersama BPIP diharapkan selalu terjalin sinergi yang kuat terkait pembumian Pancasila karena bersama BPIP dan UIN Sunan Kalijaga masyarakat dapat  belajar mengenai kemanusiaan dan kepancasilaan karena masyarakat dapat belajar mengenai kehidupan, keberadilan dan keberadaban yang terangkum dalam Pancasila,”imbuh Mochamad.

Baca juga: BPIP, UIN Banten dan LDB Gelar Pembinaan Ideologi Pancasila kepada Eks-Napiter

Lebih lanjut Doktor Komunikasi Politik itu menyatakan bahwa para pemilih potensial adalah generasi Z. “Kita harus bisa mengajak dan membawa mereka untuk dapat memilih secara rasional dan tidak terjebak memilih atas dasar afeksi, politik identitas, dan romantisme masa lalu yang digunakan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk meraih kekuasaan,”paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  27  =  36