RSF dan Sudan Berkonflik Kembali, Kota Khartoum Kalang Kabut
Internasional

RSF dan Sudan Berkonflik Kembali, Kota Khartoum Kalang Kabut

Channel9.id – Jakarta. Pertempuran sengit antara pasukan Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah membuat kota Khartoum kalang kabut, Senin (3/7/2023). Konflik ini telah membuat warga Sudan terancam penyakit dan malnutrisi dengan situasi yang memaksa mereka untuk meninggalkan rumahnya.

Wartawan Al Jazeera, Hiba Morgan, mengatakan bahwa konflik ini dimulai pada Minggu pagi di daerah utaranya.

“Warga disana mengatakan pasukan RSF mmencoba untuk menyerang pasukan Sudan, dan ini terjadi di dekat markas angkatan udara dimana jet-jet tempur yang menargetkan pasukan RSF lepas landas,” ujar Morgan.

Serangan udara diluncurkan dari daerah utara kota Khartoum dan persenjataan militer berat sampai dikerahkan di bagian timur ibu kota Sudan itu.

“RSF menyatakan bahwa mereka telah menjatuhkan jet tempur Sudan di kota Bahri,” ujarnya. Bahri, yang dikenal oleh masyarakat Sudan sebagai Khartoum Utara, adalah salah satu tiga kota yang membentuk Greater Khartoum.

Pertempuran yang terjadi sejak April 15 antara pasukan Sudan dan RSF itu telah menewaskan hampir 3,000 orang.

Selain itu, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi ada 2,2 juta warga lainnya yang terpaksa untuk meninggalkan tempat tinggalnya demi menyelamatkan diri.

PBB mengatakan ada 25 juta warga Sudan yang saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan.

“Situasinya sangat mengkhawatirkan,” ujar yayasan kesehatan Doctors Without Borders. Dalam pernyataannya, mereka menjelaskan dengan detil kesusahan warga Sudan yang terjebak di sembilan kamp pengungsian di daerah Nil Putih.

Baca juga: Gubernur Darfur Barat Dibunuh Usai Kritik Pasukan Paramiliter Sudan

Selain di ibu kota, pertempuran juga terjadi di daerah Darfur dimana warga sipil dikabarkan juga menjadi target konflik karena etnisitas atau mempunyai hubungan dengan anggota RSF.

Angka kematian dipercaya jauh lebih tinggi dari yang sudah tercatat. WHO menyebutkan bahwa dua per tiga layanan kesehatan di Sudan harus tutup di daerah konflik.

Banyak korban luka tak dapat pergi ke rumah sakit dan berujung mereka yang meninggal di jalanan kota.

Persatuan Dokter Sudan menuduh RSF telah masuk dan menghancurkan Rumah Sakit Shuhada dan membunuh para staffnya. Tuduhan ini tentunya dibantah oleh RSF.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  3  =