Channel9.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat pagi (16/5/2025). Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah tercatat menguat 0,44% ke level Rp16.455 per dolar AS. Penguatan ini terjadi seiring dengan pergerakan positif sejumlah mata uang Asia lainnya.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah sebesar 0,23% ke posisi 100,64, mencerminkan pelemahan greenback di pasar global. Di kawasan Asia, pergerakan mata uang menunjukkan hasil yang bervariasi: yen Jepang menguat 0,34%, dolar Taiwan naik 0,27%, dan won Korea Selatan menguat 0,14%. Peso Filipina juga naik 0,27%, yuan China naik 0,11%, ringgit Malaysia menguat 0,40%, serta baht Thailand naik 0,44%. Di sisi lain, dolar Hong Kong dan rupee India masing-masing melemah 0,03% dan 0,32%.
Mengutip laporan Reuters, pelemahan dolar AS didorong oleh turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS (U.S. Treasury yields), menyusul rilis data ekonomi yang mengecewakan sepanjang pekan ini. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve kemungkinan akan melakukan lebih banyak pemangkasan suku bunga dalam tahun ini.
Pada awal pekan, sentimen positif sempat muncul akibat tercapainya kesepakatan gencatan dagang antara Amerika Serikat dan China. Namun, optimisme itu segera mereda dan menyebabkan aktivitas perdagangan mata uang cenderung stagnan.
George Vessey, analis utama FX dan makroekonomi dari Convera, menyebut bahwa muncul kembali spekulasi tentang dukungan Presiden Trump terhadap dolar yang lebih lemah. Hal ini dinilai dapat menjadi tekanan tambahan bagi negara lain untuk membiarkan nilai tukar mereka menguat sebagai bagian dari strategi dalam negosiasi dagang.
Secara keseluruhan, dolar AS masih berjuang untuk bangkit setelah mengalami penurunan signifikan pada malam sebelumnya. Hal ini terjadi setelah laporan yang menunjukkan penurunan tak terduga pada harga produsen (PPI) di bulan April. Data ini melengkapi rilis sebelumnya yang menunjukkan inflasi konsumen juga berada di bawah ekspektasi, memperkuat keyakinan bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali dalam tahun ini.