Channel9.id-Nigeria. Sekitar satu juta vaksin Covid-19 tak sempat digunakan karena kadaluarsa di Nigeria pada bulan lalu, ungkap dua narasumber kepada Reuters, Rabu (8/12/2021). Insiden ini merupakan kerugian dosis vaksin terbesar dan menunjukkan kesulitan negara-negara Afrika dalam menjalankan program vaksinasinya.
Pemerintah-pemerintah di benua Afrika terus mendorong permintaan vaksin karena tingkat vaksinasi di daerah kaya masih tertinggal. Hal ini meningkatkan resiko menyebarnya varian baru seperti Omicron di Afrika Selatan.
Baca juga: Gedung Apartemen di Nigeria Roboh, 16 Orang Meninggal
Di Nigeria, negara dengan populasi paling padat di Afrika, kurang dari 4% orang dewasa sudah divaksin penuh, ungkap data dari WHO.
Kenaikan suplai vaksin ini telah menimbulkan masalah baru. Banyak negara Afrika yang kesulitan untuk mengendalikan program vaksinasi, beberapa diantaranya dikirim saat sudah hampir kadaluarsa.
Dosis vaksin yang kadaluarsa tersebut merupakan vaksin buatan AstraZeneca yang dikirim dari Eropa. Mereka dikirim melalui program COVAX yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI dan WHO.
Sumber lain mengatakan kalau vaksin itu tiba dengan sisa waktu empat sampai enam minggu sebelum kadaluarsa.
Jumlah dosis yang kadaluarsa saat ini masih dihitung dan jumlah resminya akan diumumkan segera.
“Nigeria sudah melakukan segala hal yang mereka bisa. Namun kita kesulitan dengan vaksin-vaksin yang sudah hampir kadaluarsa,” ujar seorang narasumber kepada Reuters. “Sekarang pengiriman sudah tidak dapat ditebak lagi dan mereka mengirim terlalu banyak,” lanjutnya.
Juru bicara Badan Pengembangan Layanan Kesehatan Utama Nasional – badan yang bertanggung jawab atas vaksinasi di Nigeria – menyebutkan kalau jumlah vaksin yang diterima dan digunakan masih dihitung dan akan merilis hasilnya dalam beberapa hari lagi.
WHO menyebutkan kalau memang ada dosis vaksin yang kadaluarsa, namun menolak memberikan angka jelasnya. Mereka menyebutkan sekitar 800,000 dosis vaksin yang mau kadaluarsa sudah berhasil digunakan dalam waktu yang tepat.
Kerugian vaksin di Nigeria ini merupakan salah satu kerugian terbesar dalam kurun waktu yang terbilang pendek, bahkan jumlahnya melebih total vaksin yang didapat beberapa negara.
Namun, seperti yang dikatakan WHO, Nigeria bukan satu-satunya negara yang telat menggunakan vaksinnya.
Di Eropa, negara-negara termasuk Jerman dan Swiss, masih kesulitan memaksimalkan penggunaan dosis vaksin. Pada bulan Januari, pejabat di Inggris memperkirakan 10% vaksinnya tak akan digunakan karena kadaluarsa. Pada bulan April, Menteri Kesehatan Prancis menuturkan kepada media lokal kalau 25% vaksin AstraZeneca, 20% vaksin Moderna dan 7% vaksin Pfizer terbuang karena tak bisa dipakai lagi.
(RAG)