Nasional

Sejarah Dihilangkan, Guru: Murid Akan Hilang Rasa Kemanusiaannya

Channel9.id-Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mewacanakan perampingan pelajaran sejarah di SMA, bahkan menghapuskannya di SMK. Para guru sejarah menilai langkah Kemendikbud tersebut hanya menonjolkan sisi praktis dari pendidikan.

Guru Sejarah SMKN  58 Jakarta Risti Sere Utami mengungkapkan, hal tersebut akan berakibat buruk lantaran generasi mendatang akan pintar secara intelektual, kaya ekonomi namun kehilangan rasa kemanusiaannya.

“Sejarah mendorong kita semua memiliki sense of humanity. Kalo emang tujuan pendidikan di Indonesia cuma mempersiapkan siswa buat kerja. Ya enggak usah ada muatan wajib dan muatan lokal. Isi aja sama pelajaran-pelajaran sesuai kebutuhan kerja,” tegasnya, Sabtu (19/09).

Padahal, kata Sere, penting belajar sejarah untuk generasi muda agar paham asal usul bangsa mereka.

“Mereka harus tahu apa yg bikin Indonesia jadi seperti sekarang. Bentuk karakter mereka dan bangun kritisisme mereka soal apa yang terjadi sekarang. Itu semua bisa dianalisis dari pelajaran-pelajaran masa lalu bangsa Indonesia,” ujarnya.

Menurut Sere, realitas pelajaran Sejarah khususnya di SMK sendiri cukup mengkhawatirkan. Bahkan terkesan keberadaannya hanya formalitas saja.

“Realita sekarang pelajaran sejarah saja cuma didapet di kls X dengan jam yang padet banget yang harusnya diajarin di 3 jenjang, tp diajarin di 1 jenjang dengn materi yg sama. Kalo beneran dihapuskan ya mungkin emang mapel yg memberi bekal karakter di sekolah itu dianggap kurang relevan,” pungkas Sere.

Baca juga: Hilmar Farid: Sejarah Harus Tetap Dipertahankan sebagai Pelajaran Wajib di Sekolah

Patut diketahui, selain sejarah, pelajaran lain yang terkena imbas penyederhanaan antara lain pelajaran agama dan budi pekerti yang disederhanakan menjadi kelompok agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian ada program pendidikan karakter yang justru dibuat mata pelajaran tersendiri.

Di samping itu, terdapat penambahan mata pelajaran baru seperti pengalaman dunia kerja untuk SMA, mata pelajaran vokasional, dan kewirausahaan.

Sementara, Koordinator Serikat Guru Rawamangun (SGR) Haris Malikus Mustajab mengungkapkan ada kekeliruan mendasar dari penyusunan kurikulum yang menyisihkan peran pelajaran sejarah. Menurutnya, Kemdikbud malah meninggalkan filosofi mendasar terkait pendidikan sebagaimana Ki Hadjar Dewantara pernah kemukakan.

“Salah satunya konsep soal koeksistensi, di mana siswa harus menyadari kehidupan bersama dari lingkup terkecil, hingga lingkup hidup yang lebih besar, di sana letak peran ilmu sosial seperti sejarah,” ungkap Haris, pengajar SMA Sumbangsih Jakarta.

Sementara itu, pihak Kemdikbud mengakui  masih menggodok rencana perampingan kurikulum tersebut. Sebagaimana diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemdikbud Totok Suprayitno, bahwa penyederhanaan kurikulum masih dalam tahapan awal serta membutuhkan waktu yang panjang.

“Rencana penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahap kajian akademis,” kata Totok seperti dikutip dari siaran pers resmi Kemdikbud, Jumat (19/9).

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

73  +    =  74