Channel9.id- Depok. Sejarahwan Belanda Dr. Harry Poeze membeberkan tentang surat-surat pribadi Tan Malaka yang ditujukan kepada teman sekolahnya di Harlem, Belanda. Surat-surat itu menjadi bahan studi dalam sejarah kehidupan Tan Malaka selama pelariannya sebagai pejuang kemerdekaan Bangsa Indonesia. Hal tersebut diungkap oleh Harry Poeze dalam sebuah diskusi yang dihadiri oleh sejumlah kalangan aktifis, seniman, penggerak kebudayaan serta para pendiri Tan Malaka Institute (TMI).
Harry Poeze tergelitik untuk membeberkan surat-surat Tan Malaka itu ketika dia diundang dalam pameran surat-surat para pendiri bangsa. Dalam pameran itu dipamerkan surat dan tanda tangan para tokoh pemimpin bangsa. “Kalau lihat surat itu dekat dengan orang yang menulis daripada surat yang diketik dengan mesin ketik oleh penulis. Saya membawa surat yang ditulis tangan oleh Tan Malaka kepada temannya Dick van Lheinkar teman sekolah di Harlem,” kata Dr. Harry Poeze di Padepokan Bambu Kuning, Depok.
Dalam diskusi yang dipandu oleh moderator, Khatibul Umam Wiranu tersebut, Dr. Harry Poeze membeberkan surat-surat pribadi Tan Malaka, yang ditujukan kepada Dick van Lheinkar, yang merupakan salah seorang teman dekat Tan Malaka. Ketika belajar di Harlem, Tan Malaka berteman dengan 24 orang mahasiswa Harlem. Kesemuanya berhubungan akrab selama menempuh pendidikan di Harlem. Salah satu teman yang paling dekat adalah Dick van Rheinkar,dan keduanya segera menjadi akrab.
“Setelah lulus Tan Malaka masih bersahabat dengan Dick dan saling mgirim surat. Surat-surat itu berisi tentang pengalaman studi di Belanda, tentang ijazahnya. Dan surat itu berisi tentang kegiatan-kegiatan Tan Malaka setelah kembali ke Indonesia dari Belanda,” jelas Dr. Poeze.
Dalam surat-surat itu dapat terlihat perubahan mendasar dari pemikiran Tan Malaka. Dari yang tadinya netral dalam politik, kemudian tumbuh keinsyafan dalam dirinya setelah melihat penderitaan rakyat Indonesia.Tan Malaka kemudian tidak lagi mau bekerja sebagai guru kontrak diperkebunan, ia memutuskan berangkat ke Jawa untuk ikut dalam pergerakan politik, mendirikan sekolah untuk anak-anak proletaris. Serta menjadi Ketua PKI karena para pemimpinnya sudah dibuang. Karena aktifitas politiknya, Tan Malaka tahun 1922 di buang oleh pemerintah kolonial. Ia kemudian bekerja di bawah tanah untuk menggulingkan imperialisme Barat di Asia Tenggara.
“Setelah pulang ke Indonesia, tumbuh keinsyafan dalam dirinya, dalam surat itu dapat dilihat bahwa Tan Malaka tadinya netral dalam politik, kemudian berubah sikap setelah melihat langsung penderitaan rakyat Indonesia,” katanya.
Dr. Poeze seperti merasakan mimpi menjadi kenyataan, ketika pada suata waktu dia berkunjung ke rumah Dick di Rotherdam sebagai bagian dari kerja untuk penelitian, dia mendapatkan penjelasan dari teman itu bahwa dirinya masih menyimpan surat-surat pribadi Tan Malaka yang ditujukan kepadanya. “Ini mimpi yang menjadi bener,” katanya setelah mendengar dari Dick soal surat Tan Malaka itu.
Menurut penjelesanan Prof Poeze, dari tangan Dick dirinya mendapatkan ada 27 surat ditulis tangan Tan Malaka yang disimpan oleh Dick Rheinhard. Bahan-bahan surat itu kemudian menjadi data sangat penting dalam penyusunan disertasi yang kemudian menjadi buku berjudul Pergulatan Pemikiran.
Dick saat ketemu Dr. Poeze, menjelaskan kalau dirinya telah menyimpan surat-surat Tan Malaka itu selama 50 tahun. Surat-surat itu disimpan oleh Dick van Lheinkard di dalam sebuah peti di rumahnya di Rhoterdam. “Surat itu ada 27 surat Tan Malaka yang disimpan oleh Dick van Rheinkar. Surat-surat itu kemudian diserahkan kepada saya oleh Dick Rheinkar sebagai hadiah saya lulus ujian disertasi,” kata Prof. Poeze.
Dick menyerahkan surat-surat itu kepada Poeze karena dia khawatir kalau surat-surat itu tidak dapat diselamatkan sepeninggal dirinya. Surat-surat bersejaraha itu diserahkan kepada Harry Poeze, karena Dick khawatir jika dirinya meninggal, tidak ada yang mengurus surat-surat dari tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia tersebut. Dr. Poeze kemudian menympan surat-surat bersejarah itu secara rapi. “Kemudian saya serahkan ke sebuah lembaga,” katanya.
Menurut Dr. Poeze, dalaam surat-surat itu dilaporkan tentang kemajuan-kemajuan aksinya. Karena ia menjadi buruan dari Inggris, Belanda, Amerika, Jepang, China. Dia menemukan fakta-fakta baru yang belum dijelaskan dalam buku yang sudaha terbit yaitu “Pergulatan Pemikiran Tan Malaka”, sehingga ia mengaku perlu ada direvisi terhadap buku tersebut. Dia menyatakan akan menulis buku baru sebagai revisi terhadap buku “Pergulatan Pemikiran Tan Malaka. “Kemudian saya ingin menerbitkan semua tulisan-tulisan Tan Malaka,” katanya.
Para peserta diskusi tentu saja sangat penasaran dengan data-data baru yang ditemukan Harry Poeze. Salah satunya adalah tentang sikap Tan Malak terhadap hubungan Moscow dam Komintern terhadap gerakan Islam di Indonesia yang direfresentasikan dalam Syarikat Islam sebagai bagian dari gerakan Pan Islamisme. “Ini sensitif, menurut saya Tan Malaka seorang Muslim tetapi tidak fanatik, menurut saya Tan Malaka seorang Isalam Abangan,” katanya.
Menurut Harry Foeze, Tan Malaka dengan latar balakang kelahiran Minangkabau yang muslimnya sangat taat. Tan Malaka sangat percaya dengan pembaharuan Islam, oleh karena itu dia kerjasama dengan Syarikat Islam sebagai representasi dari Panislamisme.
Harry Foeze menyimpulkan sikap Tan Malaka itu setelah dirinya melakukan penelitian di Moscow di waktu pemerintahan Gorbacev berkuasa. Ia menemukan surat-surat Tan Malaka kepada Moscow dan Direktorat Komintern Asia Ternggara bukan ditujukan kepada Lenin atau Stalin.
“Tan Malaka seorang yang 50 persen Islam dan 50 persen Marxis, jadi Tan Malaka tidak 100 persen Marxis juga tidak 100 persen Islam.” Katanya. Apakah dengan demikian Tan Malaka seorang Filsof Muslim, Harry Poeze menjelaskan, Tan Malaka seorang filosof. “Karya Madilog itu adalah karya seorang filosof yang penting yaitu bagaimana menerapkan Marxisme dalam masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Tema lain dalam surat-surat Tan Malaka adalah pengembaraannya di Asia Tenggara. Sementara koran-koran termasuk koran Belanda tidak pernah memberitakan tentangan kegiatan-kegiatan Tan Malaka di Asia Tengara. “Dalam surat-surat itu ada tanggal, ada tempat dan tahun yang dalam berita-berita koran waktu itu tidak ada,” jelasnya. Pengembaraan Tan Malaka yang ditulis dalam surat-surat rahasiahnya itu menurut Harry Poeze belum dieksplor dalam buku-bukunya.