Hot Topic Nasional

Sejarawan Bonnie Triyana Dimaki Netizen Belanda

Channel9.id – Jakarta. Sejarawan Indonesia Bonnie Triyana dipolisikan oleh Federasi Indo-Belanda (FIN) di Deen Haag, Belanda beberapa waktu lalu. Bonnie dipolisikan atas artikelnya mengenai penghapusan terminologi ‘Bersiap’ dalam periode pasca kemerdekaan Indonesia 1945. FIN menduga Bonnie memalsukan sejarah.

Secara umum, di Belanda, istilah ‘Bersiap’ itu untuk merujuk pada kekerasan anti-kolonial yang dilakukan orang Indonesia terhadap orang Belanda dalam rentang waktu 1945 – 1950. Namun, dalam tulisan Bonnie, istilah ‘Bersiap’ itu dipandang sebagai simbol kolonialisme berdasarkan hierarki ras dan hubungan kekuasaan feodal. Menurut Bonnie, penggunaan istilah ‘Bersiap’ secara umum untuk kekerasan kepada Belanda selama periode tersebut, berkonotasi sangat rasis.

Adapun tulisan Bonnie diterbitkan oleh media Belanda berhaluan liberal NRC. Tulisan itu lantas memunculkan polemik di masyarakat Belanda bahkan dibawa ke parlemen Belanda.

Bonnie sendiri mengaku mendapat makian dari netizen Belanda usai mengeluarkan tulisan tersebut. Netizen itu memaki Bonnie dengan umpatan ‘Rot Kaaskoppen’ yang artinya ‘kepala keju busuk’.

“Seorang netizen Belanda memaki saya dengan umpatan rot kaaskoppen,” kata Bonnie yang ditulis di status Facebooknya, Rabu 19 Januari 2022.

Namun, Bonnie merasa tidak sakit hati atas umpatan itu. Sebab, dirinya tidak punya keterlibatan emosi dengan makian itu.

“Tentu makian ini tak bisa melukai perasaan saya sedikit pun. Karena saya tidak punya keterlibatan secara emosi dengan makian yang artinya ‘kepala keju busuk’ itu,” katanya.

“Untuk menguji apakah orang Indonesia akan marah kalau dimaki seperti demikian, ayo kita ke statiun Tanah Abang dan kita hardik orang dengan umpatan ‘Hei lu kepala keju busuk’. Paling melengos sambil heran,” lanjutnya.

Akan tetapi, menurut Bonnie, beda cerita bila umpatan itu terjadi di konteks yang berbeda. “Laen lagi kalo cerita dalam film si Pitung. Tuan Heinz kepala polisi kolonial yang memburu si Pitung selalu mengumpat ‘Heh kowe orang overdongkrak!’. Pasti sakit hati juga. Tapi itu kan dulu … ,” ujar Bonnie.

Adapun tulisan Bonnie tersebut ditulis sebagai pengantar untuk galeri pameran yang digelar Rijksmuseum, Amsterdam yang akan dibuka pada 11 Februari dan berlangsung hingga Juni 2022. Pada pameran itu, Bonnie tercatat sebagai kurator tamu.

Dalam tulisanya, Bonnie menjelaskan, istilah ‘Bersiap’ selalu menggambarkan orang Indonesia yang primitif dan tidak beradab sebagai pelaku kekerasan, yang tidak sepenuhnya bebas dari kebencian rasial. Padahal, menurut Bonnie, akar masalahnya terletak pada ketidakadilan yang diciptakan kolonialisme yang membentuk struktur masyarakat hierarkis berbasis rasisme serta menyelimuti eksploitasi daerah jajahannya.

Setelah berakhirnya pendudukan Jepang pada 1945, Belanda bersiap menguasai kembali daerah jajahannya dengan mengerahkan ribuan pasukan. Dalam buku sejarah Indonesia, ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda, yang pertama pada 1947 dan kedua pada 1949.

Upaya Belanda ini dilawan sengit pejuang kemerdekaan Indonesia. Diperkirakan 5.000 tentara Belanda dan sedikitnya 100.000 orang Indonesia tewas dalam periode itu.

Adapun, pameran Rijksmuseum akan menampilkan 200 objek, termasuk bahan arsip, dokumen, foto, dan lukisan, termasuk tujuh lukisan terpenting dalam sejarah Indonesia sebagai bagian dari pameran. Selain itu, juga ditampilkan Kawan-kawan Repoeloesi oleh Sudjojono dan Biografi II di Malioboro karya Harijadi Sumadidjaja.

Pameran ini dikuratori dua kurator sejarah Rijksmuseum, Harm Stevens dan Marion Anker, serta dua kurator tamu Indonesia: Bonnie Triyana dan kurator Amir Sidharta. Usai gelaran di Amsterdam, pameran serupa juga akan digelar di Museum Nasional pada 2023 mendatang.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

85  +    =  88