Channel9.id-Jakarta. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang Senat terbuka pengukuhan guru besar Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M. Ed sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah pada hari ini, Rabu 2 September 2020.
Sekretaris Umum Muhammadiyah itu akan mengangkat tema Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis, Basis Nilai dan Arah Pembaruan sebagai topik pidato pengukuhannya.
Dia menjelaskan, Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis adalah sebuah model yang diharapkan dapat menjawab tiga tantangan. Pertama, adanya kecenderungan meningkatnya intoleransi intern dan antar umat beragama.
“Ironisnya, intoleransi sesama umat beragama (intern) lebih tinggi dibandingkan dengan intoleransi antar umat beragama,” kata dia, dikutip dari draft pidato ilmiahnya.
Kedua, sistem pembelajaran PAI yang saat ini cenderung doktriner dan mengarah kepada penyeragaman faham agama Islam tertentu yang ditanamkan oleh guru, buku teks, dan satuan pendidikan. Terakhir, adanya beberapa kebijakan Pemerintah yang cenderung proteksionis dan menghilangkan hak pendidikan agama bagi murid yang memeluk agama diluar enam agama dan kepercayaan yang diakui Pemerintah.
Dia menjelaskan, PAI Pluralistis dikembangkan berdasarkan nilai-nilai dasar pluralisme menurut Islam serta pendekatan yang mindful, meaningful, dan joyful. Dia melanjutkan, PAI Pluralistis dapat dikembangkan untuk bisa mengakui eksistensi, menerima, dan menjadikan perbedaan faham agama sebagai bagian dan sumber pembelajaran.
“Pembelajaran dapat didorong ke arah pendekatan deep learning dan mengurangi pendekatan surface dan achievement,” kata pria kelahiran Kudus 52 tahun silam itu.
Selain itu, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M. Ed mengatakan, bersyukur menerima pengukuhan itu karena secara akademik, guru besar adalah tahapan tertinggi dalam karier seorang dosen. Dia juga mengungkapkan terimakasih karena diberi kepercayaan dan amanat yang diberikan padanya melalui gelar tersebut.
Posisi ini, kata dia, sangat terkait dengan kemampuan, kewenangan, dan pengakuan ilmiah. Guru besar memiliki tanggung jawab dan integritas intelektual, sosial, dan moral untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, ujarnya menambahkan.
“Guru besar adalah awal bagi saya untuk belajar. Bukan titik kulminasi. Saya berharap bisa berbuat lebih banyak lagi untuk memajukan pendidikan pendidikan, khususnya melalui pendidikan agama Islam,” pungkasnya.
IG