Udara dingin langsung menyergap, begitu keluar dari pintu pesawat Turkey Airlines yang melayani penerbangan Jakarta – Istanbul. Berangkat dari bandara Soekarno – Hatta pukul 21.30 tiba Bandara Kemal Attaturk, Istambul pukul 5.30 pagi. Perjalanan selama 9 jam, terlalu lama bagi yang belum terbiasa seperti saya. Untunglah dua buah pil antimo mengantarkan saya tidur nyenyak selama dalam perjalanan. Udara dingin di Bandara Kemal Attaturk mencapai suhu 16 C, angin bertiup kencang, dinginnya terasa hingga ke tulang. Bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan suhu 27 hingga 35 C, suhu di Istanbul terasa sangat dingin.
Bandara Kemal Attaturk adalah salah satu bandara yang menghubungkan, Asia, Eropa, Afrika dan Negara- Negara di Timur Tengah. Sibuk sekali, tidak pernah tidur selama 24 jam, pesawat datang dan pergi silih berganti. Pun demikian dengan para penumpang pesawat, ruang- ruang tunggunya selalu dipenuhi oleh orang –orang dari berbagai negara. Pun demikian dengan rombongan umroh yang saya ikuti, bersama dengan agen travel Sarana Tours, pagi itu berkesempatan mampir ke Istanbul. Sebelum melaksanakan ibadah Umroh. Waktu yang singkat akan digunakan untuk city tours, ke berbagai destinasi wisata di kota Istambul.
Hari masih agak gelap, ketika saya dan rombongan di sambut oleh pemandu wisata/guide yang akan mengantarkan keliling kota. Setelah sholat subuh di bandara, rombongan langsung menuju ke bus yang sudah disediakan. Pemandu wisata langsung menyampaikan jadwal tujuan yang akan dikunjungi rombongan, mulai dari naik kapal di selat Bosporus, ke toko cindera mata jaket kulit, ke Mesjid Biru, Aya Sopia, Museum topkapi dan balik lagi ke Bandara. Terasa sangat singkat, berkejaran dengan waktu, tapi lumayanlah setidak-tidaknya sudah keliling sebagian kota Istambul. Tak lupa sebelumnya, mampir sarapan pagi di dekat komplek wisata Mesjid Biru.
Sarapan pagi pun tidak berlama-lama, jalanan sempit meliuk-liuk di depan restoran, menyebabkan bus juga tidak boleh terlalu lama menunggu. Rombongan langsung berangkat untuk naik kapal mengarungi selat Bosphorus. Sekilas penulis melihat ternyata banyak juga rombongan wisatawan dari Indonesia yang melancong ke Istambul. Sekitar 20 menit rombongan sudah sampai ke pelabuhan kecil, di tepi selat Bosphorus tempat bersandarnya kapal-kapal yang akan mengangkut para wisatawan. Sinar matahari mulai meninggi, cuaca sangat cerah, angin berhembus agak kencang, langit biru bersih, selat bosphorus terlihat berwarna biru memanjang dan membelah kota Istambul menjadi dua, yakni Istambul Eropa dan Asia.
Selat Bosphorus yang membelah Istanbul menjadi batas antara Benua Eropa dan Asia, selat ini mengubungkan laut marmara dan laut hitam. Laut Marmara terhubung dengan Laut Aegea dan lebih ke selatan dengan laut Mediterania. Sejak jaman Yunani, Byzantium,Kekhalifahan Ustmani selat Bosphorus memegang peranan yang sangat penting sebagai jalur perdagangan dan rempah-rempah. Selat yang memiliki panjang 30 km dengan lebar kisaran 750 hingga 3.700 meter, memiliki kedalaman 36 meter sampai 124 meter. Di sisi sebelag kanan dan kiri, terpampang kecantikan kota Istanbul.
Dari dermaga, rombongan naik kapal untuk melihat keindahan kota Istanbul dari selat yang melegenda ini. Rupanya ada berbagai layanan wisata untuk berkeliling selat Bosphorus. Saya mengikuti yang short circle cruise, hanya satu jam berkeliling menggunakan kapal. Ada juga yang full bosphorus cruise yang waktunya jauh lebih lama dan jarakanya juga lebih jauh, serta ada juga sunset cruise menikmati sunset, tenggelamnya matahari dari selat Bosphorus.
Kapal berjalan perlahan menyibak ombak membelah air, perjalanan juga disertai dengan hembusan angin sejuk agak dingin, ditambah dengan langit cerah. Saya mencoba naik ke atas anjungan untuk menikmati panorama di sebelah kanan dan kiri selat Bosphorus. Dari atas kapal terhampar pemandangan indah beragam bangunan kuno, benteng, Mesjid dan dengan beragam landmark dengan arsitektur khas Eropa, Asia bahkan Mediterania. Pemandangan yang memanjakan mata mulai dari sisi kanan dan utara selat Bosphorus hingga ke ujung bagian selatan.
Di Selat Bosphorus ini kita bisa menikmati keindahan jembatan yang menghubungkan antara dua benua yang bernama jembatan Fatih , sultan Mehmet yang menghubungkan benua asia dan eropa. Jembatan ini selesai dibangun pada tahun 1988, dan ketika diresmikan jembatan sultan Mehmet 2 ini menjadi jembatan gantung terpanjang nomor 5 di dunia. Jembatan ini mengambil nama dari Sultan Ustmaniyah abad ke15 ( Mehmed sang Penakluk), yang berhasil menaklukan kota Bizantium, yaitu Konstantinopel pada tahun 1453.
Tak terasa hampir satu jam saya berkeliling menikmati keindahan selat Bosphorus, kapal kembali lagi ke dermaga, melalui sisi kanan selat yang berada di Istanbul Eropa. Banyak penumpang yang tadinya di dek turun ke bawah, karena tidak kuat dingin. Mereka menikmati perjalanan pulang ke arah dermaga, dari balik kaca. Perjalanan yang menakjubkan, dari sebuah selat dan kota yang begitu bersejarah.Terima kasih kepada Sarana Tours, yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkeliling di kota Istanbul, Turki. Dari Bosphorus, perjalanan dilanjutkan ke Museum Topkapi, Mesjid Biru, Aya Shopia, penulis akan sampaikan kisahnya di lain waktu.
