Channel9.id, Jakarta – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk memperkuat ekosistem hilir dan menjaga stabilitas harga sebagai langkah lanjutan dari capaian surplus komoditas unggas nasional, baik telur maupun daging ayam. Swasembada unggas kini bukan lagi mimpi—produksi dalam negeri telah melampaui kebutuhan konsumsi nasional.
Data dari Badan Pangan Nasional (NFA) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi telur ayam tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,52 juta ton, melebihi kebutuhan nasional sebesar 6,22 juta ton. Sementara produksi daging ayam tahun ini diproyeksikan mencapai 4,25 juta ton, juga melebihi kebutuhan konsumsi sebesar 3,87 juta ton.
Meski demikian, kelebihan produksi ini menghadirkan tantangan baru: bagaimana menyerap surplus secara optimal tanpa menekan harga di tingkat peternak. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, menekankan pentingnya membangun rantai hilir dan pasar ekspor untuk menjaga keseimbangan.
“Kita harus pastikan produksi berlebih ini tidak berujung pada depresiasi harga. Salah satunya dengan membuka peluang ekspor dan memperkuat ekosistem pascapanen,” ujar Ketut dalam acara peluncuran Nusantara Livestock & Poultry Expo 2025 di Jakarta, dikutip Sabtu (10/5/2025).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa NFA tengah mendorong integrasi hasil produksi unggas ke dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), program unggulan Presiden Prabowo Subianto. Kolaborasi antara peternak dan Badan Gizi Nasional telah mulai dilakukan, dengan uji coba distribusi telur dan ayam ke satuan pemenuhan gizi di Tangerang mulai 9 Mei 2025.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi turut menegaskan bahwa arah kebijakan pangan nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo bertumpu pada ketahanan dan kedaulatan pangan, termasuk penguatan pada sektor peternakan rakyat.
“Bapak Presiden selalu menekankan pentingnya swasembada pangan. Untuk unggas, kita sudah cukup. Sekarang saatnya kita pastikan peternak juga sejahtera,” ujar Arief.
Salah satu isu utama yang tengah ditangani adalah fluktuasi harga ayam dan telur di tingkat peternak. Pemerintah melalui program “Bela Beli Hasil Peternak” berupaya menyerap hasil produksi ketika harga jatuh agar peternak tidak merugi. Data BPS mencatat indeks harga yang diterima peternak unggas selama Januari–April 2025 masih di atas angka 100, yakni 120,82—naik tipis dari tahun lalu.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menyebut bahwa kerja sama lintas kementerian dan lembaga penting dalam menjaga kesinambungan harga yang layak bagi peternak.
“Harga sempat anjlok, tapi sekarang sudah mulai pulih. Meski belum ideal, ini adalah bukti kerja bersama,” ucap Agung.
Dengan capaian swasembada sebagai fondasi, pemerintah kini bergerak ke tahap selanjutnya: menguatkan pasar domestik dan ekspor, memastikan kesejahteraan peternak, serta menjadikan sektor unggas sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional.