Channel9.id-Jakarta. Sejumlah masyarakat menuding pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), membuat Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi untuk melatih influencer.
Tudingan itu berawal dari pernyataan Staf Ahli Menkominfo Henry Subiakto. Ia menyeret soal Siberkreasi, yang salah satunya membahas pelatihan kepada masyarakat untuk menjadi influencer.
Pernyataan tersebut kemudian viral di media sosial. Kemudian beragam tudingan muncul terhadap Siberkreasi, dari disebut organisasi buzzer/influencer, hingga serangan terhadap Ketua Umumnya, Yosi Mokalu alias Yosi Project Pop.
Dedy Permadi, Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM, kemudian menegaskan bahwa tudingan yang beredar tidaklah benar.
Ia menjelaskan, Siberkreasi ialah gerakan nasional literasi digital yang mewadahi kolaborasi 108 lembaga dan komunitas. Perihal influencer, ia mengakui, memang ada program School of Influencer. Pelatihan ini ditujukan untuk masyarakat.
“School of Influencer bukan pelatihan untuk para influencer. School of Influencer bisa dicek di website maupun di medsos Siberkreasi,” ujar Dedy, Minggu (30/8).
Menilik ke belakang, Siberkreasi dibentuk pada Oktober 2017. Saat itu, program ini menjadi wadah literasi digital masyarakat di tengah maraknya hoaks, ujaran kebencian, cyberbullying, pornografi, penipuan, hingga radikalisme di internet.
Berangkat dari keresahan tersebut, Kominfo berupaya mengajak seluruh masyarakat dan komunitas untuk menebarkan konten positif di dunia maya lewat gerakan Siberkreasi.
Berdasarkan siaran pers tertanggal 2 Oktober 2017, Kominfo memaparkan bahwa Gerakan Siberkreasi merupakan kolaborasi sejumlah institusi pemerintah maupun swasta, komunitas dan pegiat literasi digital.
Gerakan ini merupakan wujud komitmen bersama berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat melalui ajakan untuk berbagi kreativitas lewat konten positif dan memanfaatkan internet secara bijak serta bertanggungjawab.
“Ini bukan program pemerintah saja tapi juga program perguruan tinggi, komunitas dan masyarakat. Tidak bisa diklaim yang punya gerakan ini. Concern Kominfo adalah merangkul komunitas dan ekosistem untuk menyebarkan konten positif. Jika konten tidak bisa di-manage dengan baik akan jadi bumerang,” terang Rudiantara, Menkominfo saat itu, ketika mengenalkan Siberkreasi ini ke publik.
Dedy Permadi–yang kala itu menjadi Ketua Umum Gerakan Siberkreasi–menuturkam bahwa pertumbuhan pengguna internet yang tinggi di Indonesia harus diimbangi dengan literasi digital.
“Tinggi dan massif-nya pembangunan infrastruktur belum diimbangi dengan pengetahuan penggunaan TIK dengan baik. Sehingga terjadi gap antara teknologi dan pengetahuan yang rendah. Infrastuktur yang dibangun tidak diimbangi pengetahuan. Gap ini yang mengakibatkan keresahan sehingga muncul hoax, cyberbullying, radikalisme,” jelas Dedy.
Hingga kini, Siberkreasi masih menjalankan program-programnya terkait digital. Dalam menjalankan program ini, Kominfo menggandeng lembaga, komunitas, blogger, hingga influencer seperti Yosi Mokalu, Marcella Zalianti, dan Dennis Adhiswara.
(LH)