Opini

SIKAP RASIONAL DAN MANUSIAWI DALAM PERSAINGAN POLITIK

Oleh:Yanuar Iwan S.

Jatuh bangunnya negara ini,sangat tergantung dari bangsa ini sendiri,makin pudar persatuan dan kepedulian,maka Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau dipeta.(Muhammad Hatta)

Sikap rasional dan manusiawi dalam aktifitas politik belum sepenuhnya dimiliki oleh bangsa kita.Dua kali proses pelaksanaan pemilu di2014 dan nanti dibulan april 2019.Kesan yang ditimbulkan bahwa bangsa kita terbelah begitu jelas terasa,kekerasan politik mendominasi ruang-ruang publik dimedia mainstream terlebih didunia virtual,kekerasan-kekerasan verbal,bahasa dan komunikasi yang kasar,hoax dan ujaran kebencian telah merusak peradaban politik kita,kita semakin jauh dari super ego kemanusiaan,kita memarginalkan rasionalitas pikiran dan hati,terjebak dalam ego sektoral,mengumbar emosi dan rasa marah,kita menjadi mudah untuk jatuh menyembah kekuasaan,alergi terhadap perbedaan,angkat dan lindungi kawan yang sepaham,jatuhkan dan hancurkan lawan yang tidak sepaham.Meminjam istilah Rocky Gerung kita sudah kehilangan akal sehat dalam berpolitik.

Saya khawatir bahwa keadaan ini sengaja dipelihara atau terus dipelihara oleh kelompok atau orang-orang yang memiliki kepentingan terhadap keadaan dan situasi seperti ini.

Kelemahan dari partai-partai politik yang merupakan aset bangsa adalah partai-partai politik tersebut jarang atau mungkin tidak pernah melakukan otokritik kedalam partainya sendiri,yang dibangun bukan proses pembelajaran politik yang dibangun adalah fanatisme buta yang sempit dampaknya adalah dari pengurus dan simpatisan partai menganggap partainya yang paling benar yang lain kurang benar atau salah sama sekali,fanatisme berlebihan menghancurkan aspirasi politik yang berbeda yang eksis adalah kesombongan dan aroganisme,kita harus membayar mahal atas kegagalan partai-partai politik sebagai lokomotif demokrasi dan politik yang rasional dan manusiawi,saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib anak cucu kita kelak jika keadaan ini tidak segera diperbaiki.

Elit politik terlebih pemerintah sebaiknya tidak defensif dalam menerima kritik dan saran,pemerintah bisa mendengarkan dengan serius segala bentuk kritik tanpa harus menuntut solusi dan data yang akurat janganlah membuat sekat berupa tembok tebal dan besar yang menghalangi rakyat untuk memberikan kritik dan saran sebab pemerintah tidak ada yang abadi yang abadi adalah rakyat,utamakan kepentingan rakyat,penuhi janji-janji politik,dan bertindaklah dengan elegan dan manusiawi karena rakyat selalu belajar dari pemerintah,rakyat akan tahu dan mengerti jika memang pemerintah berdiri dibarisan paling depan untuk membela kepentingan rakyat tanpa harus menyaksikan deklarasi dukungan gubernur,bupati,walikota dan camat atau mungkin aparat dibawahnya.

Kita membutuhkan elit politik dan unsur pemerintah yang gemar melakukan suri tauladan,gemar melakukan proses pembelajaran politik yang rasional dan manusiawi,mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat,dan tentu saja konsistensi antara perkataan dan perbuatan kita merindukan sosok Muhammad Natsir,Sjaffruddin Prawira Negara,Buya Hamka ,Hatta yang kritis tetapi juga manusiawi dan rasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

84  +    =  88