Ekbis

Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Berangsur-angsur Pulih

Channel9.id-Jakarta. Pemerintah mengklaim ekonomi Indonesia mulai menuju ke arah pemulihan setelah terdampak pandemi Covid-19. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani pemulihan itu tergambarkan dari penerimaan beberapa jenis pajak yang membaik dan sejumlah kegiatan ekonomi terlihat mengalami kenaikan.

Sri menyebutkan, Purchasing Manufacturing Index (PMI) tumbuh 39,1 dari sebelumnya di tingkat 28,6. Selain itu, ekspor dan impor serta penerapan belanja modal menunjukkan perbaikan.

“Ini menggambarkan tanda-tanda turn around, mengarah ke perubahan positif,” tuturnya dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) secara virtual, Senin (20/7/2020).

Sri mengatakan, perbaikan ini tidak terlepas dari pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di banyak kota besar, termasuk Jakarta. Tidak hanya Indonesia, tren serupa juga dirasakan negara lain yang mulai melakukan relaksasi. Sebut saja China, tempat asal penyebaran virus corona, yang mengalami pertumbuhan ekonomi pada zona positif.

Situasi ini berbeda kontras dengan April dan Mei. Saat itu, Sri menjelaskan, PSBB baru dilaksanakan di banyak kota. Dampaknya, aktivitas ekonomi terhambat dan mengganggu penerimaan pajak banyak sektor. Konsumsi rumah tangga yang selama ini jadi tulang punggung ekonomi domestik ikut tertekan.

Bahkan, Sri menambahkan, inflasi sangat rendah saat itu, termasuk ketika Ramadhan dan Lebaran.

“Karena, PSBB itu terjadi puncaknya saat kita Ramadhan dan Idul Fitri. Semua komponen inflasi turun, termasuk volatile food yang selama ini penyumbang inflasi,” ucap mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.

Pada Juni, Sri mengatakan, kegiatan sektor riil seperti konstruksi tercatat mulai menggeliat. Cadangan devisa pun mengalami peningkatan seiring penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valtua asing. Likuiditas bank juga cukup rendah dan dinilai terkendali.

Situasi pemulihan juga terlihat pada penerimaan pajak, terutama jenis Pajak Penghasilan (PPh) badan yang tumbuh negatif 41,0 persen. Meski masih kontraksi, situasinya membaik dibandingkan Mei yang menyusut sampai 53,9 persen.

Pph 26 bahkan mulai tumbuh positif 19,9 persen pada Juni. Sebelumnya, pada Mei, penerimaan dari jenis pajak ini menyusut 19,7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Perbaikan dramatis turut terjadi pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor yang kontraksi 5,6 persen pada Juni, kontras dengan penyusutan 37,4 persen pada Mei.

Dengan situasi tersebut, Sri mengatakan, tergambarkan bahwa Juni menjadi momentum arah pembalikan ekonomi Indonesia yang pada awal kuartal kedua mengalami pemburukan. “Ada harapan pemulihan,” katanya.

Tidak hanya peningkatan pendapatan negara, menurut Sri Mulyani, konsumsi listrik juga mulai menggeliat. Ia mencontohkan konsumsi listrik pada bulan lalu mengalami pertumbuhan positif 5,4 persen, dari sebelumnya kontraksi 10,7 persen.

“Kalau dilihat dari konsumsi listrik, terlihat adanya indikator yang cukup solid menunjukkan, turn around di ekonomi kita,” tuturnya.

Apabila dilihat secara detail, perbaikan signifikan terutama terjadi pada industri. Pada Mei 2020, kenaikan konsumsi listriknya berada di zona negatif 33 persen. Tapi, pada Juni, konsumsinya naik sampai pada zona positif, tepatnya 3,7 persen.

Sektor industri sendiri berkontribusi 31,7 persen terhadap total konsumsi listrik. Apabila mereka tumbuh positif, berarti ada peningkatan pada produksi barang ataupun jasa.

Situasi yang membaik juga terjadi pada industri. Meski masih kontraksi 10,5 persen, angka ini membaik dibandingkan penyusutan 22 persen pada Mei. Perbaikan ini menandakan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi.

Di sisi lain, permintaan listrik rumah tangga relatif lebih flat dari 9,7 persen pada Mei menjadi tumbuh 12,7 persen pada Juni. Secara total, Sri mengatakan, konsumsi listrik mulai tumbuh ke zona positif 5,4 persen dari yang semula negatif 10,7 persen pada Mei ataupun zona negatif pada bulan-bulan sebelumnya.

“Ini adalah tanda-tanda positif yang mengonfirmasi, kegiatan ekonomi mulai menggeliat,” ujar Sri.

Pemulihan juga terlihat dari penjualan eceran Juni yang membaik dibandingkan Mei. Sri mengatakan, Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan lalu naik menjadi minus 14,4 persen, dari minus 20,6 persen. Terjadi perbaikan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan.

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan lalu naik menjadi 83,8 dari 77,8 pada Mei. Kenaikan ini mengindikasikan optimisme konsumen yang membaik.

“Ekspektasi konsumen menguat terhadap perkiraan ekonomi,” pungkas Sri.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  29  =  33