Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencatatkan defisit senilai Rp21,8 triliun hingga Mei 2024
Ekbis

Sri Mulyani: Perang dan Kebijakan Ekonomi AS Mengkhawatirkan Indonesia

Channel9.id – Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tensi konflik geopolitik yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini masih dalam status mengkhawatirkan dan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Selain itu, kebijakan suku bunga tinggi yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat yang menyebabkan dolar menguat dan menghantam nilai tukar negara-negara berkembang termasuk rupiah di Indonesia. Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, proyeksi ekonomi dunia akan stagnan tahun ini.

“Kondisi global environment menyebabkan proyeksi ekonomi dunia akan stagnan,” tegasnya dalam konferensi pers APBN edisi April, Jumat (26/4/2024).

Sri pun mengaku tengah mewaspadai dampak konflik di Timur Tengah yang makin memanas, seusai adanya saling serang rudal antara Iraq dan Iran pada awal bulan ini. Dampak perang itu ia akui akan mempengaruhi harga minyak.

“Dunia secara geopolitik tensinya tidak menurun, ini menciptakan risiko spin over ke ekonomi dunia,” kata dia.

Sri mengatakan, harga minyak mentah dunia sudah sempat ke level US$ 90 miliar saat eskalasi konflik di Timur Tengah terjadi. Selain minyak, ia juga mengkhawatirkan potensi gangguan rantai pasokan global.

“Kecenderungan harga minyak tinggi pengaruhi ekonomi dan APBN kita dan menyebabkan tekanan inflasi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Mantan Direktur Eksekutif Bank Dunia ini juga menuturkan, harapan penurunan suku bunga di Amerika Serikat tak akan terjadi pada tahun ini, situasi dunia pun akan berubah.

“Untuk Fed Fund Rate (suku bunga acuan bank sentral AS) 5,5%, tadinya pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan, bahkan paling optimis penurunannya sampai enam kali pemotongannya, namun harapan itu harus direvisi dengan data dan pernyataan dari the Fed. Dengan situasi ini terlihat pergerakan yield US Treasury yang masih meningkat dan juga dolar indeks yang meningkat. Kalau dolar kuat mata uang negara lainnya akan melemah,” paparnya.

Seperti diketahui, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) pada bulan ini ke level 6,25% untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun, hingga kini rupiah masih melemah dan bertahan di level Rp 16.200 per dolar AS.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  35  =  43