Channel9.id-Jakarta. Stasiun TV sekaligus penyelenggara multiplexing (mux) ingin Analog Switch Off (ASO) atau migrasi siaran TV analog ke digital ditunda. Adapun yang mengajukan permintaan ini antara lain Viva Group, MNC Group, Media Group, SCM Group dan Transmedia. Permintaan ini mereka sampaikan saat rapat Dengar Pendapat Panja Digitalisasi Penyiaran dengan Komisi I DPR RI, Jakarta, Kamis (23/6) lalu.
Untuk diketahui, ASO tahap pertama sudah dimulai pada 30 April lalu, namun belum dilakukan oleh semua pihak yang harus melakukannya. Kemudian tahap kedua akan digelar Agustus nanti, dan tahap terakhir di 2 November 2022. Perihal ASO ini sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Penyelenggara mux mengaku menghadapi banyak persoalan, seperti merealisasikan pembangunan infrastruktur untuk siaran TV digital yang mahal, namun juga harus berhadapan dengan pandemi COVID-19 yang membuat pendapatan stasiun TV menurun signifikan. “Ini cukup berat di saat perekonomian seperti saat ini,” ujar Direktur MNC Group Syafril Nasution.
Senada, Media Group pun menambahkan perusahaan rugi besar karena pandemi. Ditambah lagi, kondisi ekonomi ke depan masih stagnan dan belum pasti.
Sementara itu, SCM Group menilai bahwa implementasi ASO yang dilakukan di dua tahun ini terbilang cukup cepat jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Australia yang memakan waktu 3,5 tahun.
Masalah lainnya, adanya perbedaan data penerima set top box (STB) gratis TV digital. Penerima bantuan ini adalah mereka yang termasuk keluarga rumah tangga miskin, yang sesuai dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial. Data yang penyelenggara mux terima dari Kominfo ini sangat berbeda dengan lapangan, ketika distribusi dilakukan.
“Data rumah tangga miskin yang disampaikan Kominfo itu data tahun 2013, sehingga memang tidak akurat, apalagi adanya pandemi jumlah rumah tangga miskin bisa bertambah. Kebanyakan saat distribusi berbeda dengan data, penerima sudah pindah atau meninggal, hingga berada di wilayah yang tidak ada siaran TV analog atau mereka yang pakai layanan televisi berbayar,” jelas Direktur Viva Group Neil R. Tobing.
Belum lagi, proses distribusi STB gratis sampai ke tangan penerima itu memakan biaya besar bisa mencapai sekitar Rp20 ribu – Rp50 ribu per rumah. Selain melakukan pengiriman, mereka juga harus melakukan instalasi juga sampai muncul tanda QR Code dengan estimasi biaya Rp45 ribu – Rp70 ribu. Oleh karena itu, penyelenggara mux berharap pemerintah bisa memberi bantuan juga untuk penyediaan STB gratis TV digital ini.
Dengan berbagai pekerjaan rumah di atas dalam implementasi ASO, para penyelenggara mux meminta ASO ditunda. “Dengan mempertimbangkan pengaruh pandemi yang sangat berdampak pada industri penyiaran, besarnya investasi mux siaran TV digital, dan percepatan distribusi STB, maka kami mengusulkan kepada pemerintah untuk dapat menanggung penyediaan STB untuk rumah tangga miskin,” tandas Direktur Transmedia Latif Harnoko.