Channel9.id-Afrika Selatan. Kelompok yang mewakili keturunan suku asli Afrika Selatan, Khoi dan San, pergi ke pengadilan untuk mencoba menghentikan pembangunan gedung markas besar Amazon seluas 70,000 hektar di tanah sakral mereka, Rabu (19/1/2022).
Suku San dan Khoi merupakan penduduk pertama Afrika Selatan. Mereka awalnya hidup sebagai pemburu selama puluhan ribu tahun, kemudian beralih profesi menjadi penggalam lebih dari 2,000 tahun lalu.
Beberapa warga suku Khoi dan San menerima prospek pekerjaan dari proyek pembangunan senilai 259.03 juta dolar di dekat Cape Town.
Namun proyek itu mendapat kecaman dari para tetua Khoi dan San, yang menyebutkan kalau mereka mewakili suara ribuan warganya.
Tuntutan tetua itu dijatuhkan kepada pengembang proyek Liesbeek Leisure Properties Trust, Kota Cape Town dan Provinsi Cape Barat dan kelompok Khoi dan San yang mendukung proyek tersebut.
Lokasi yang dimaksud itu berada di antara pertemuan dua sungai, Sungai Hitam dan Sungai Liesbeek, yang dianggap sebagai situs paling sakral untuk kedua suku. Pembangunan markas besar Amazon itu nantinya juga akan menghalangi pemandangan gunung Kepala Singa yang sama sakralnya, ujar Tauriq Jenkins dari Dewan Goringhaicona Khoena, kelompok tradisional Khoi yang menentang mega proyek tersebut.
“Ini sungguh tak bisa diterima. Tak ada yang suatu hal yang sakral lagi di dunia ini untuk suku pribumi asli,” ujarnya.
Tapi dengan hampir sepertiga warga Afrika Selatan masih menganggur, pihak otoritas tertarik untuk terus mendorong adanya investasi asing.
James Tannanberger, juru bicara Liesbeek Leisure Properties Trust, menyebutkan dalam pernyataannya kalau proyek ini didukung oleh mayoritas warga pribumi Afrika Selatan.
“Pengembangan ini akan memberikan keuntungan besar kepada rakyat Cape Town. Sayang sekali masih ada segelintir masyarakat yang kukuh menghalang-halangi pengembangan ini,” ujar Tannanberger.
(RAG)