Channel9.id-Jakarta. Perusahaan keamanan siber Kaspersky memaklumi tindakan aplikasi atau layanan yang mengambil sejumlah data pengguna. Pasalnya, lanjut mereka, sejatinya tak ada layanan yang gratis.
Sebagaimana telah diketahui, baru-baru ini WhatsApp didera kritik lantaran kebijakan barunya akan memaksa pengguna berbagi data ke Facebook. Di lain sisi, aplikasi perpesanan itu bisa digunakan pengguna secara cuma-cuma. Bahkan, WhatsApp bisa bertahan tanpa menayangkan iklan di platformnya.
“Nyatanya memang tak ada yang sepenuhnya “tak berbayar”. Sayangnya, model bisnis ini untuk layanan gratis berarti kita membayar dengan data kita. Jejaring sosial, beberapa messenger dan mesin pencari, menghasilkan uang dari iklan. Jika semakin dipersonalisasi, maka semakin baik,” terang Peneliti Senior di Kaspersky Anna Larkina melalui keterangan tertulisnya, dikutip pada Sabtu (16/1).
“Faktanya, Facebook dan perusahaan lain telah melakukan ini melalui layanannya selama beberapa tahun terakhir,” sambung dia.
Baca juga : Pakar Sebut RI Heboh Kritik WhatsApp Karena Aturan Data Tak Jelas
Meski begitu, Larkina memaparkan dua hal baik terkait hal itu. Pertama, sebagian besar perusahaan, termasuk Facebook, bersikap transparan tentang kebijakannya. Kedua, WhatsApp tak membaca percakapan pengguna karena ada enkripsi end-to-end.
“Yang mereka telusuri hanyalah informasi teknis dan akun,” imbuhnya.
Diketahui, wacana penerapan kebijakan baru WhatsApp disusul oleh banyaknya pengguna yang hijrah ke layanan serupa—yang dinilai lebih aman dan menjamin privasi, seperti Telegram dan Signal.
“Untungnya ada berbagai platform perpesanan alternatif dan saat ini pengguna bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk mereka,” kata Larkina.
Sekadar informasi, kebijakan baru WhatsApp tadinya akan diterapkan 8 Februari mendatang. Namun, kemudian diundur hingga 15 Mei. Pengunduran ini WhatsApp lakukan untuk meluruskan informasi yang salah soal kebijakan barunya—yang saat ini membikin penggunanya ‘mental’.
(LH)