Nasional

Tantang Debat Utang Negara, Direktur CBA: Masa Bodoh Dengan Tantangan Luhut

Channel9.id- Jakarta. Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menyatakan, tantangan debat soal utang negara dari Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebaiknya tidak usah diladenin oleh siapapun.

Pasalnya, hanya menghabiskan energi, pikiran, dan tidak akan menghasilkan apa-apa bila debat itu berlangsung.

“Selanjutnya, sebuah tantangan berdebat dengan LBP itu tidak seserius wajahnya. Coba ikuti pernyataan pernyataan ini. Hari ini LBP mengeluarkan tantangan debat. Lalu besok direvisi dengan seenaknya saja oleh jubir (Juru bicara) Menko Maritim, bahwa LBP bukan menantang tapi mengajak duduk bareng untuk diskusi konstruktif. Supaya bisa menjadi feedback yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia,” kata Uchok, Jumat (12/6).

“Tuhkan. Belum saja tantangan debat terlaksana, tiba tiba sudah ada revisi atas sebuah statemen. Dan revisi dari tantangan ke diskusi benar-benar memperlihatkan ketidakseriusan. Jangan jangan hal seperti ini disengaja agar membikin publik pusing tujuh keliling. Supaya tidak bisa membedakan mana yang main sandiwara, dan mana pernyataan yang benar. Mana yang punya jabatan Menko, mana yang hanya punya jabatan Jubir,” sambungnya.

Menurut Uchok, yang perlu digaris bawahi, dan tidak bikin puyeng publik adalah kekuasan yang luar biasa yang dimiliki oleh seorang Jubir atas seorang menteri. Dalam hal ini, Jubir dapat secara langsung meralat pernyataan Menko yang berpangkat Jenderal, secara terbuka ke publik. Hal ini memperlihatan bahwa yang benar itu seorang Jubir bukan seorang menteri.

“Sepertinya jabatan Jubir di jajaran menko Kemaritiman dan Investasi lebih hebat daripada Jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman. Dimana Jubir Presiden ini tidak bisa berbuat apa-apa ketika sebuah pernyataan Fadjroel Rachman dianggap salah dan perlu diluruskan oleh menteri sekretaris negara Pratikno. Seorang Fadjroel Rachman harus menurut kepada kemauan seorang Menteri. Kalau Fadjroel Rachman tidak patut dan menurut, bisa dipecat dengan tidak hormat dari jubir presiden,” kata Uchok.

Kembali ke tantangan debat dari LBP, Uchok menilai hal itu bukan merupakan sebuah kegiatan intelektual. Menurutnya, kegiatan ajakan diskusi itu menakutkan. Terlebih, ketika proses diskusi sedang berlangsung, dan ada peserta yang salah-salah ngomong dalam proses diskusi tersebut. Bisa-bisa disuruh minta maaf atau kalau tidak mau, bisa dilaporkan ke polisi seperti Said Didu lantaran ada perbedaan pendapat

“Memang melaporkan Said Didu ke polisi bukan dilatarbelakangi dari sebuah diskusi. Ini gara gara sebuah Video berjudul “MSD: Luhut hanya pikirkan uang, uang, dan uang”. Video ini hanya bagian dari kritik atau perbedaan pendapat seperti hasil dari sebuah diskusi. Sebaiknya kasus seperti ini, tidak perlu sampai ke tangan polisi. Cukup diselesaikan dengan cara intelektual seperti didiskusikan,” tegasnya.

Dengan demikian, LBP yang senang mengajak orang untuk berdiskusi atau debat intelektual tidak pantes “mempolisikan” Said Didu yang tidak punya kekuasaan apa-apa. Bila tidak senang dengan Video Said Didu seharusnya bisa cuekin saja, bukan melaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri yang merupakan cara untuk memaksa seseorang melalui jalur hukum dan kekuasaan agar bisa ditaklukan.

“Selanjutnya, kalau LBP hanya melakukan somasi, bukan melaporkan ke Polisi masih bisa dipahami oleh akal sehat. Bisa-bisa seorang LBP dianggap sebagai orang yang amat sangat bijak mempergunakan somasi sebagai sarana untuk berdiskusi untuk minta penjelasan. Saling terbuka itu penting dan sangat menyenangkan daripada mempergunakan lembaga kepolisian untuk membenci seseorang,” ujarnya.

“Apalagi LBP ini, dimana-mana selalu bilang bahwa dia sangat mengagumi sosok almarhum Gus Dur. Meskipun sangat mengagumi, ternyata LBP tidak memahami sosok seorang Gus Dur. Dimana Gus dur setiap hari dikritik dan dihina tetapi semua diterima dengan lapang dada. Tidak ada dendam, malahan memberikan maaf kepada orang orang yang membencinya,” tambahnya.

Lebih lanjut, begitu juga Gus dur tidak pernah menagih maaf kepada orang yang melakukan kritik atau menghinanya. Pantang bagi seorang Gus Dur melakukan somasi atau mempenjarakan orang-orang yang menghina dan mengkritiknya. Hal ini dianggap kurang bermanfaat bagi perkembangan nadi demokrasi di Indonesia. Selain itu, Gus dur masih menganggap, kita ini lagi belajar berdemokrasi. Biarkan hinaan dan kritikan jadi pelajaran untuk kita bersama.

“Jadi dari cerita Gus dur seperti diatas seharusnya LBP bisa mempraktekan dengan lebih baik. Penghinaan atau kritik dalam video tersebut kepada LBP itu masalah kecil yang tidak perlu dipersoalkan. Jangan sedikit-dikit tersingung, langsung lapor ke polisi. Tidak sehat buat perjalanan demokrasi kita. Lihat Gus Dur dan keluarganya, berkali-kali dikritik atau dihina tidak membuatnya mereka begitu repot sampai melaporkan ke polisi,” kata Uchok.

Maka untuk itu, seorang LBP harus semakin dewasa sebagai tokoh publik atau sebagai pejabat yang paling tertinggi negara ini. Apalagi saat ini, yang namanya LBP itu menjadi sorotan bagi publik. Statemen–statemen memang banyak membuat marah dan gemes masyarakat.

“Tapi itu, biarpun statemen membuat marah, ada ketegasan dan kepastian dilapangan bila LBP yang memberikan pernyataan. Tidak seperti pejabat tinggi yang lain, ngomongnya saja mencla-mencle, bisa berubah-ubah setiap waktu, dan tidak bisa dipegang sebagai sebuah kebijakan,” pungkasnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1  +  4  =