Channel9.id-Jakarta. Aksi teror dan ekstremisme-kekerasan kembali terjadi di Sulawesi Tengah. Tepatnya, di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Empat warga dalam satu keluarga dibunuh secara sadis yang diduga dilakukan oleh Mujahidin Indonesia Timur (MIT ) Poso. Selain itu, satu rumah ibadah Bala Keselamatan dan enam rumah dibakar.
Merespon kejadian tersebut, SETARA Institute mendesak agar Satgas Operasi Tinombala agar lebih optimal dalam perburuan belasan anggota MIT Poso. Meski sisa masa tugas Satgas tersebut akan berakhir pada 31 Desember 2020, SETARA meminta kelompok teroris Poso itu dapat segera diringkus.
“Satgas Operasi Tinombala agar mengoptimalkan perburuan kelompok MIT Poso yang masih berkeliaran di hutan dan pegunungan sekitar Poso,”demikian pernyataan SETARA dalam rilisnya pada Sabtu (28/11).
Baca juga: Polri Tangkap Istri dari Pemimpin MIT Ali Kalora
Pasca tewasnya Santoso dan tertangkapnya Basri pada 2016, Ali Kalora telah mengambil alih kepemimpinan MIT Poso dan hingga kini masih belum tersentuh aparat.
SETARA Institute meminta Satgas dan seluruh aparat keamanan harus menjamin seluruh warga negara, termasuk di pedalaman dan pegunungan Sulawesi Tengah.
Selain itu, pemerintah juga diminta tidak lengah dalam mengantisipasi konsolidasi dan bangkitnya sel-sel tidur terorisme dan ekstremisme-kekerasan.
Menurut SETARA, terorisme dan ekstremisme-kekerasan tidak mengenal agama. Oleh karena itu, SETARA mendorong tokoh lintas agama untuk sama-sama mengutuk kekerasan yang digunakan oleh kelompok tertentu atas nama agama.
“Mereka hendaknya bersama-sama membangun kehidupan keagamaan yang teduh,”lanjut pernyataan itu.
SETARA juga menghimbau agar kasus terorisme dan ekstremisme-kekerasan seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah tidak dimanfaatkan sebagai isu sosial-politik apapun oleh kelompok manapun untuk memantik segregasi sosial-politik atau sosial-keagamaan di tengah-tengah masyarakat.