Opini

Tidak Ada Keterwakilan Indonesia Timur Capres dan Cawapres 2024?

Oleh : Asroni Al Paroya, M.Hum

Channel9.id – Jakarta. Apakah tahun 2024 ini adalah bagian kemunduran peradaban masyarakat timur Indonesia? Dengan ditandai atau bisa dikatakan sebuah fakta bahwa pesta politik tahun 2024 tidak adanya keterwakilan tokoh dari Indonesia timur untuk menjadi Capres dan Cawapres. Kalau boleh kita tengok ke belakang, semenjak reformasi misalnya, atau masa Soekarno 1945-1966) atau Orba (Masa Soeharto, 1966-1997), kita tau bersama bagaimana bentuk kepemimpinan pada saat itu, dan ini tentu diskusinya tentang histiografi politik yang lumayan panjang dan bisa didiskusikan

Kita ambil saja masa 1997 kemudian Tokoh dari Timur muncul menjadi wapres, yang kemudian di awal Reformasi 1998, B. J. Habibi, yang pada saat itu menjadi Wapres naik menjadi Presiden. Namun tidak berjalan lama, hanya 517 hari ia menjadi presiden. Kemudian setelah itu, pemilihan Presiden belum seperti sekarang (Belum ada Pemilu, atau pemilihan langsung oleh rakyat), terpilih Gusdur sebagai Presiden dan Megawati sebagai Wakil Presiden. Namun Gus Dur tidak sampai 5 tahun hanya 1,5 Tahun yang kemudian dilanjutkan lagi oleh Megawati 3,5 tahun atau dari 1999-2004.

Di tahun 2004-lah pertama kali dalam sejarah demokrasi Indonesia pemilihan langsung ini ada, dan jika kita lihat bahwa Capres dan Cawapres pada pemilihan 2004-2009 di antaranya adalah,
Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla, Hamzah Haz-Agum Gumelar, (Dari kelima Capres dan Cawapres 2004-2009 ada keterwakilan Tokoh Kelahiran Makassar, Yaitu Bapak Jusuf Kalla)

Kemudian kita lihat lagi di Pemilu 2009 – 2014 Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, Jusuf Kalla-Wiranto, ada keterwakilan tokoh Indonesia Timur, yaitu Bapak Jusuf Kalla, yang tadinya Wapres karena pemenang pemilu 2004-2009 berpasangan dengan SBY

Kita tengok lagi Pemilu 2009-2014, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla, keterwakilan Indonesia ada. Lagi-lagi nama Muhammad Jusuf Kalla muncul dan menjadi pasangan pemenang

Kemudian 2014-2019, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam pasangan Capres-cawapres pada pemilihan 2014-2019 Tokoh Indonesia Timur diwakilkan oleh Sandiaga Uno yang jika kita lihat dari wikipedia ia kelahiran Riau (Sumatera, dan berdarah Gorontalo dan Jawa) dan ada keterwakilan tokoh meskipun hanya berdarah bukan lahir di Indonesia Timur

Pada pemilu 2024-2029 ini kita lihat ada tiga Capres dan Cawapres yaitu Anies Rasyid Baswedan ia ada kelahiran Yogyakarta dan berdarah Arab, dengan wakilnya Gus Muhaimin Iskandar kelahiran Jombang Jawa Timur, kemudian capres berikutnya adalah Prabowo Subianto, kelahiran Jakarta berdarah Kebumen Jawa Tengah dari bapaknya Soemitro Djojohadikusumo dan Ibunya Dora Marie Sigar, yang lebih dikenal sebagai Dora Soemitro yaitu seorang wanita Kristen Protestan berdarah Minahasa, yang berasal dari keluarga Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara, yang Cawapresnya adalah Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta dan merupakan anak Pertama Presiden Jokowi yang masih menjabat sebagai Presiden 2019-2024. Kita tahu ia kelahiran Surakarta, Solo Jawa Tengah, dan kemudian pasangan berikutnya adalah Ganjar Pranowo yang lahir di Gunung Lawu Jawa Tengah dan Wakilnya Prof. Mahfud Md, kelahiran Sampang Madura.

Jika kita mengaitkan Prabowo yang ada kaitannya punya darah dari ibunya Minahasa, Gorontalo, namun ketika kita melihat tradisi Indonesia Timur yang di mana untuk keturunan kebanyakan mengambil dari silsilah orang tua laki-laki (Patriarki) bukan Keturunan yang dinisbatkan dari Ibu (Matriarki) seperti sebagian besar yang dianut oleh Masyarakat Sumatera Barat, (Padang atau Suku Minangkabau)

Nah, Lagi-lagi ke pertanyaan dalam benak saya pribadi, apakah ini adalah salah satu bentuk kemunduran dari Masyarakat Timur, karena ketidak adanya keterwakilan tokoh kelahiran Indonesia Timur dalam kontestasi Pemilu 2024-2029,

Tentu yang kita bicarakan ini adalah Capres dan Cawapres bukan TKN, atau tim Relawan. Sebetulnya banyak tokoh dari Indonesia Timur yang santer dibicarakan dan sudah menjadi Tokoh Nasional selain nama Jusuf Kalla misalnya Tuan Guru Bajang (TGB), Mantan Gubernur NTB dua Periode, Fahri Hamzah (Mantan Wakil Ketua DPR RI), Anis Matta, Hamdan Zoelva Mantan Ketua MK, dan tentunya banyak yang lain.

Apakah Demokrasi kita akhir-akhir ini yang salah? Atau karena sistem Pemilu _One Man One Suara_ yang salah karena tentu semua Capres dan Cawapres beserta Koalisi dan TKN pasti ingin menang, dan semua tahu bagai mana bisa menang tentu karena populasi suatu daerah dll, yang mana lebih mendominasi di Bangsa Indonesia. Atau minimnya generasi Indonesia Timur yang kompeten atau apa?

Penulis adalah Mahasiswa Unusia Jakarta, Program Doktoral Sejarah Peradaban Islam, Konsentrasi Islam Nusantara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  37  =  40