Channel9.id – Jakarta. TNI menjelaskan konsep dan prosedur airdrop helibox yang digunakan untuk menyalurkan bantuan ke wilayah terdampak bencana di Sumatera yang sulit dijangkau melalui pendaratan langsung. Penjelasan ini disampaikan untuk merespons beredarnya video di media sosial yang menarasikan bantuan TNI berupa kardus kosong yang dijatuhkan dari udara.
Komandan Batalyon Perbekalan Angkutan 5 ARY Letkol CBA Supriyanto menyatakan bahwa bantuan dijatuhkan menggunakan prosedur baku dengan muatan yang sahih sesuai kaidah keselamatan penerjunan udara. Ia menjelaskan bahwa setiap tahapan pengemasan dan penerjunan logistik dilakukan secara berlapis dan diawasi oleh personel terkait.
“Setiap helibox yang diterjunkan telah melalui inspeksi setelah diisi, diperiksa oleh anggota, dan disaksikan perwira. Baik sebelum dinaikkan ke truk maupun sebelum dimuat ke pesawat. Isinya dicek, tali dan lakbannya dipastikan kuat,” ujar Supriyanto yang bertugas sebagai Komandan Tim Rigger Airdrop pada Satgas Udara, Senin (22/12/2025).
Ia menegaskan bahwa tidak mungkin helibox kosong dapat ikut diterjunkan dalam proses airdrop. Supriyanto menjelaskan bahwa secara visual helibox kerap terlihat kosong karena adanya ruang di bagian atas kemasan meski muatan telah terikat di bagian dalam.
“Tidak mungkin helibox kosong bisa ikut diterjunkan,” tegasnya.
Supriyanto menjelaskan bahwa tinggi helibox sekitar 73 sentimeter, sedangkan muatan logistik berada di kisaran 30 sentimeter sehingga menyisakan rongga di bagian atas sekitar 35–37 sentimeter. Kondisi ini kerap menimbulkan kesalahpahaman karena muatan tidak terlihat dari luar meski telah terpasang dengan benar.
“Batas maksimal berat helibox adalah 5 kilogram. Jika diisi penuh, beratnya bisa mencapai 9 kilogram dan berisiko rusak saat airdrop. Karena itu, muatan tidak diisi sampai penuh ke atas. Inilah yang sering menimbulkan salah sangka,” jelasnya.
Muatan logistik yang dikemas dalam helibox berupa kebutuhan dasar seperti beras atau mi instan yang disusun dengan perhitungan teknis tertentu. Pengikatan dilakukan mengikuti pakem penerjunan agar helibox tetap seimbang dan muatan tidak rusak saat dilepaskan dari pesawat.
Supriyanto menambahkan bahwa setiap proses airdrop melalui empat lapis penyaringan mulai dari pengepakan hingga koordinasi dengan satuan teritorial di darat. Proses ini dilakukan untuk memastikan bantuan yang dijatuhkan aman, utuh, dan tepat sasaran.
“Kalau helibox kosong, dari filter pertama sudah gugur. Sampai hari ini, alhamdulillah, tidak ada laporan dari bawah bahwa helibox itu kosong, sebagaimana yang disangkakan oleh sebagian oknum atau warganet,” tegasnya.
Ia berharap penjelasan tersebut dapat meluruskan informasi yang keliru di masyarakat terkait penyaluran bantuan melalui udara. Menurutnya, seluruh prosedur dilakukan secara tertib dan cermat agar logistik benar-benar diterima oleh warga terdampak.
“Mudah-mudahan ini memberi pemahaman kepada kita semua, sehingga tidak terjadi salah tafsir atau sangkaan yang menyimpang dari kenyataan,” pungkasnya.
HT





