Channel9.id, Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia akan mengumumkan tarif 25% untuk seluruh impor baja dan aluminium pada Senin (10/2/2025) waktu setempat. Langkah ini merupakan langkah terbaru Trump dalam serangkaian ancaman tarif terhadap negara dan sektor tertentu.
Rencana tersebut dia ungkapkan saat berbicara kepada wartawan di Air Force One. Trump mengatakan tarif akan berlaku untuk impor logam dari semua negara. Namun, dia tidak merinci kapan bea masuk tersebut akan mulai berlaku. Trump juga mengatakan dia akan mengumumkan tarif timbal balik pada akhir pekan ini terhadap negara-negara yang mengenakan pajak atas impor Amerika Serikat (AS).
Tarif tersebut tidak akan berlaku pada hari yang sama dengan pengumumannya, yang mungkin dilakukan pada Selasa atau Rabu, tetapi segera setelahnya, kata Trump, dilansir Bloomberg, Senin (10/2/2025).
Skala keseluruhan ambisi tarif Trump masih belum jelas. Dia juga mengatakan akan mengenakan tarif pada barang-barang lain, termasuk obat-obatan, minyak dan semikonduktor dan mengatakan dia sedang mempertimbangkan bea masuk ke Uni Eropa.
Pekan lalu, Trump memberlakukan tarif 10% pada barang-barang China. Beijing juga mengumumkan tindakan pembalasan yang dijadwalkan mulai berlaku akhir bulan ini dengan cakupan yang lebih terkalibrasi, hanya menargetkan barang-barang impor dari AS senilai US$14 miliar pada 2024.
Hal ini menandai pendekatan yang lebih hati-hati dari China dibandingkan pada masa jabatan pertama Trump, ketika dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia saling bertukar pungutan dagang selama bertahun-tahun. Pasar akan mengamati apakah kedua negara dapat mencapai kesepakatan sebelum tarif China terhadap AS berlaku pada 10 Februari.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa pembicaraan telepon antara Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan dilakukan “segera.” Trump telah berganti-ganti antara pembicaraan keras terhadap Beijing dan sinyal bahwa dia ingin bekerja sama dengan Xi Jinping dalam upayanya untuk mengupayakan perdagangan yang lebih seimbang. Presiden AS telah memerintahkan perjanjian yang dia tandatangani pada 2020, yang dikenal sebagai perjanjian Fase Satu, untuk dievaluasi kembali, yang menunjukkan bahwa pembicaraan tarif dengan Tiongkok dapat berlarut-larut.
Namun, dia juga meminta bantuan Xi dalam menghentikan perang Rusia di Ukraina, dan mendorong China untuk membagi kepemilikan aplikasi video TikTok dengan perusahaan AS.
Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif terhadap China, Kanada, dan Meksiko, dan menuduh negara-negara tersebut gagal membantu membendung gelombang obat-obatan terlarang dan migran tidak berdokumen yang melintasi perbatasan AS.
Pekan lalu, Trump menunda rencana penerapan tarif sebesar 25% terhadap kedua negara Amerika Utara tersebut—dengan tarif energi sebesar 10% dari Kanada—setelah pemerintah kedua negara tersebut membuat janji sederhana untuk membantu mengatasi permasalahan perbatasannya. Tarif Kanada dan Meksiko dihentikan hingga 4 Maret.
Meskipun Trump bisa saja mengubah kebijakannya dan kembali menerapkan tarif perdagangan, tetapi keputusan tersebut memperkuat persepsi bahwa presiden baru tersebut tidak bersedia menindaklanjuti ancaman tarifnya dan lebih memilih menggunakan ancaman tarif tersebut sebagai alat negosiasi.