Bagian II
Oleh: Gede Sandra*
Channel9.id-Jakarta. Saatnya Menurunkan Harga Pupuk Non Subsidi
Harga pasaran di Indonesia untuk pupuk non subsidi, urea dan NPK, ada di kisaran Rp7.200-7.600/kg. Sementara di Cina, negara asal impor pupuk kita yang terbesar, harga pupuk urea (setelah dikonversi kurs) ada di kisaran Rp2.000-2.400/kg (fob) sedangkan harga pupuk NPK ada di kisaran Rp1.400-1.400/kg (fob). Artinya, harga pasaran pupuk Indonesia 3-5 kali lipat dari harga pasaran pupuk di Cina. Juga, harga pasaran pupuk di Cina lebih murah (untuk NPK) atau setara (ntuk urea) dengan harga pupuk subsidi di Indonesia, yang saat ini adalah sebesar Rp 2.2.50/kg untuk urea dan Rp2.000/kg untuk NPK.
Apa yang membuat harga pupuk Indonesia jauh lebih mahal dari pupuk Cina? Jawabannya adalah perbedaan harga bahan baku gas industri pupuk. Harga beli gas dari PGN untuk industri pupuk nasional dipatok di $6/mmbtu, sementara harga beli gas untuk industri pupuk di Cina hanya $2/mmbtu. Artinya, harga bahan baku pupuk, gas, di Indonesia 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan harga di Cina. Jadi jalan satu-satunya untuk menurunkan harga pasar pupuk Indonesia adalah dengan menurunkan harga jual gas untuk industri pupuk.
Baca juga: Tunda Impor Beras Bangkitkan Sektor Pertanian
Berdasarkan data dari BPS, sepanjang tahun 2020 Indonesia mengimpor 6,24 juta ton pupuk dari seluruh dunia. Nilai impor pupuk tahun 2020 tersebut adalah sebesar USD 1,34 miliar. Bila niai impor dibagi dengan jumlah pupuk yang diimpor, dikonversi ke Rupiah, maka secara rata-rata harga pupuk impor adalah sebesar Rp.2.999/kg. Anggaplah ditambah dengan biaya kargo dan asuransi sebesar Rp500/kg, harga pupuk impor di pelabuhan Indonesia adalah sebesar Rp3.500/kg. Untuk harga pupuk impor dari Cina bisa lebih murah, menurut info dari seorang pelaku bisnis, harga di Tanjung Priok hanya sebesar Rp.2.600/kg.
Nilai ini masih sangat murah bila dibandingkan dengan harga pasaran pupuk non subsidi di Indonesia. Terdapat margin yang sangat gemuk, bila dibandingkan dengan harga pupuk urea dan NPK non subsidi, yaitu sebesar Rp.4.500-4.800/kg. Bila dikalikan dengan jumlah impor pupuk tahun 2020 sebesar 6,24 juta ton, maka margin keuntungan kotor dari distributor pupuk impor bisa mencapai Rp29 triliun!
Bila dijumlahkan, nilai keuntungan kotor importir pupuk (Rp 29 triliun ditambah keuntungan kotor “mafia pupuk subsid” (Rp 13,35 triliun), besarnya mencapai Rp42,35 triliun di tahun 2020. Nilai tersebut (Rp 42,35 triliun) sudah melewati anggaran negara untuk subsidi pupuk tahun 2020 yang sebesar Rp34 triliun. Ironis bukan? Negara seperti mensubsidi “mafia”.
Sehingga jalan keluarnya tidak lain adalah dengan menurunkan harga pupuk non subsidi di pasaran. Ketika harga pupuk non subsidi sudah turun, bahkan mungkin mendekati harga pupuk subsidi saat ini, maka tidak ada insentif bagi”mafia” untuk beroperasi. Subsidi dari negara pun akan jauh berkurang. Caranya.
Satu. Melalui Kementerian ESDM, Pemerintah dapat menetapkan harga jual gas ke pupuk lebih rendah dari yang berlaku sekarang, 46/mmbtu. Perlu ada semacam pengistimewaan, khusus bagi industri pupuk, demi mencapai tujuan besar meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, dapat menbeli gas dari PGN di harga $2-3/mmbtu. Seharusnya tidak akan menjadi terlalu masalah karena cadangan gas alam kita terbilang besar. Ini dapat dikategorikan sebagai subsidi silang antara satu BUMN dengan lainnya. Dampaknya mungkin aka nada guncangan di saham PGN sebagai perusahaan publik, tapi tidak masalah. Suah terlalu lama kita memprioritaskan segelintir pelaku pasar saham, kini saatnya kita prioritaskan jutaan petani Indonesia. Bila penurunan harga gas untuk industri pupuk dapat terjadi, dan tentu sangat mungkin bila ada political will dari Pemerintah, maka selain harga pupuk di pasaran dapat turun, kapasitas produksi pupuk nasional dapat meningkat.
Dua. Melalui Kementerian Perekonomian bersama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, untuk dapat menetapkan patokan harga pupuk non subsidi di distributor. Misalnya menjadi maksimal Rp 4.000/kg. Masih adanya margin Rp 1.500-an/kg tentu tidak akan membuat distributor pupuk menjadi jatuh misin. Bagi distributor, yang membandel akan dikenakan hukuman, aparat penegak hukum akan terus mengawasi jalannya kebijakan ini. Dengan menetapkan harga pupuk non subsidi sebesar Rp 4.000/kg, maka ratio 3:2 harga gabah/harga pupuk dapat terjadi secara total, dirasakan seluruh petani di Indonesia.
Tiga. Mempercepat selesainya pembangunan proyek petrokimia di Masela, Senoro, dan Tangguh. Dengan berdirinya industri petrokimia tabahan di wilayah timur Indonesia ini, akan menambah kapasitas terpasang industri pupuk hingga 5,7 juta ton per tahun. Sehingga total kapasitas industri pupuk nasional dapat meningkat menjadi 19,6 juta ton per tahun. Dan ketergantungan pada impor dapat berakhir.
Menerapkan Sistem Tarif dalam Impor Beras
Rasio 3:2 harga gabah/harga pupuk akan meningkatkan kesejahteraan petani, menaikkan daya beli mereka, sehingga warga pedesaan memiliki kelebihan dana untuk dapat membeli komoditi hasil produksi pabrik-pabrik di kota. Maka pabrik-pabrik pun akan kembali hidup dan beroperasi menaikkan kapasitasnya. Profesi petani pun akan lebih menarik bari generasi muda kita.
Sekarang kita akan meningkatkan daya beli masyarakat perkotaan. Terutama kalangan pekerja dan sektor informal, sampai kalanagan miskin perkotaan. Bagi masyarakat menengah bawah di perkotaan, sebagian besar pendapatannya habis untuk membeli bahan pangan. Tingkat kesejahteraan mereka sangat bergantung pada harga pangan, terutama beras.
Seperti dibahas sebelum ini, harga beras di Indonesia sangat tidak wajar. Besarnya dua kali lipat dari harga beras internasional. Bila harga beras dapat turun secara signifikan, anggaplah mendekati harga internasional di Rp 7.000-8.000/kg, maka masyarakat menengah bawah di perkotaan dapat meningkat daya belinya. Sehingga mereka dapat menabung sebulannya Rp 200-300 ribu. Niali tersebut sangat besar artinya bagi kalangan ini, mereka dapat meggunakan untuk membeli komoditi yang dihasilkan pabrik-pabrik, sehingga perekonomian pun dapat bergerak.
Dengan harga beras yang ketinggian seperti sekarang, yang diuntungkan hanya segelintir pedagang kaya saja. Para pedagang ini sudah sangat sejahtera, kita perkaya mereka pun, uangnya akan mereka belikan aset di luar negeri atau spekulasi. Tidak berfaedah bagi perekonomian riil.
Cara satu-satunya untuk menurunkan harga beras secara signifikan adalah dengan menerapkan sistem tariff dalam impor beras. Sistem kuota yang selama ini berjalan harus ditinggalkan. Ke depannya, siapapun perusahaannya apakah dari dalam dan luar negeri dapat melakukan impor beras, mereka hanya tinggal membayar sejumlah tariff untuk Negara Indonesia. Dengan menerapkan sistem tarif dalam impor beras, tidak ada lagi peluang bagi para pencara rente untuk bertahan. Tidak aka nada lagi cerita pejabat ngotot impor beras untuk mencari rente triliunan rupiah demi modal politik atau menumpuk kekayaan pribadi.
Membangun Food Estate di Sulawesi Tenggara dan Sumatera Selatan
Mimpi untuk mencapai swasebada pangan tetap tidak boleh hilang dari benak kita semua. Impor pangan perlahan harus sudah mulai dikurangi. Kita adalah Bangsa yang diberkati karena sinar matahari datang sepanjang tahun, curah hujan yang tinggi, dan tenaga kerja yang melimpah. Alam raya sudah sangat mendukung untuk diwujudkannya swasembada pangan di Indonesia.
Dengan langkah-langkah yang telah disampaikan sebelumnya, produksi pupuk akan meningkat dan para petani sudah mulai membaik nasibnya. Yang belum tinggal nanti mau dibangun di mana lahannya.
Ada wilayah-wilayah di Indonesia yang sangat ideal untuk dijadikan lumbung pangan ke depannya yaitu Sulawesi Tenggara dan Sumatera Selatan. Tanahnya subur, luas menghampar dan konturnya datar sehigga mudah dilalui traktor. Selain itu kedua daerah ini juga kaya dengan air, karena dilalui banyak sungai, sehingga mudah untuk dibangun saluran irigasi.
Bila dikerjakan dengan serius, memaksimalkan seluruh potensi terbaik yang dimiliki Banga melibatkan pemikiran-pemikiran unggul, bukan tidak mungkin dalam kkurang dari 5 tahun mimpi swasembada pangan akan terwujud.