Channel9.id-Myanmar. Para pengunjuk rasa di Myanmar bersiap untuk demo besar-besaran pada hari ini, menolak untuk tunduk kepada junta militer walaupun pada Minggu merupakan unjuk rasa paling berdarah semenjak junta militer melakukan kudeta, yang menewaskan sekitar 18 orang.
Kekerasan terjadi di seluruh daerah pada hari Minggu. Dilaporkan oleh BBC, polisi mulai menembakkan peluru tajam di beberapa daerah kota Yangon, setelah gas air mata dan tembakan peringatan tidak dapat membubarkan massa demonstran.
Area operasi polisi diperluas pada hari Minggu dikarenakan unjuk rasa pembangkangan sipil tidak kunjung selesai.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, mengatakan Amerika Serikat sedang menyiapkan “tindakan tambahan” kepada mereka yang melakukan kekerasan kepada pengunjuk rasa.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengutuk tindakan yang ia sebut “kekerasan yang mengerikan”. Menteri Luar Negeri Kanada, Marc Garneu, mengatakan pihak militer yang menggunakan peluru tajam kepada rakyatnya sendiri itu sangatlah mengerikan.
Myanmar saat ini dalam keadaan kacau balau sejak junta militer Myanmar menahan Aung San Suu Kyi dan koleganya pada tanggal 1 Februari. Alasannya adalah pihak militer menuduh Suu Kyi melakukan tindak kecurangan pada pemilu November lalu.
Tom Andrews, pengawas HAM dari PBB mengatakan bahwa tindak kekerasan junta militer itu sudah jelas dan negara-negara lainnya harus lebih proaktif lagi untuk menghentikannya.
“Ucapan-ucapan kutukan terhadap junta militer saja tidak akan cukup. Kita harus bertindak. Kejadian buruk sedang terjadi di Myanmar akan semakin memburuk. Dunia harus bertindak,” kata Andrew dalam pernyataannya.
Para warga menyalakan lilin didepan rumah korban sebagai bentuk kenangan kecil atas perjuangannya, pada hari Minggu (28/1/2021).
(RAG)