Channel9.id-Jakarta. Indeks inovasi riset Indonesia terus merosot setiap tahun sejak 2016. Di tahun tersebut, Indonesia ada di posisi ke-36 di dunia, dan kini semakin turun ke-50. Demikian ungkap Plt. Kepala Organisasi Riset IPH Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Iman Hidayat, dikutip Rabu (26/1).
Iman menjelaskan bahwa kemerosotan itu terjadi lantaran indikator yang membentuk indeks inovasi riset kian merosot. Adapun indikator yang dimaksud antara lain institusi, sumber daya manusia dan riset, infrastruktur, kecanggihan pasar, dan kecanggihan bisnis.
“Kapasitas inovasi bangsa Indonesia paling rendah indikatornya. Budaya inovasi kita menurun. Tentu ini menjadi pertanyaan besar sebagai individu kita merasa cukup kompetitif menghasilkan riset berkualitas. Tapi faktanya, datanya tidak seperti itu,” tandas Iman.
Sementara itu, di tingkat Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi ke-8, hanya unggul di atas Burma, Laos, dan Kamboja.
“Secara individu banyak orang hebat, kita tidak kekurangan periset hebat di Indonesia, tapi dalam konteks nasional kita tertinggal,” kata Iman.
Iman memaparkan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan itu. Beberapa penyebabnya antara lain kurangnya kualitas dan kuantitas inovator di Indonesia, ekosistem riset di Indonesia belum mendukung, juga infrastruktur. Sebagai contoh, lanjutnya, perihal pengembangan vaksin Merah Putih. Selain minim pengalaman, pengembangan vaksin di Indonesia tidak bersinergi dengan industri vaksin, sehingga sulit berkembang.
“Jadi tiga bottleneck ini cukup kronis di Indonesia, dan itu dialami saat ini, sehingga memang diperlukan tindakan, salah satunya adalah BRIN membangun beberapa fasilitas untuk memfasilitasi riset-riset COVID-19,” tutur Iman.
Lebih lanjut, BRIN berjanji akan meningkatkan manajemen talenta para periset atau inovator dengan program mobilitas talenta riset dan inovasi atau program bantuan riset talenta riset dan inovasi, bagi mahasiswa tingkat akhir.
Bukan cuma itu, jumlah infrastruktur riset di kawasan sains dan teknologi di Cibinong, Serpong, Bandung, dan Yogyakarta, serta pelayanan laboratorium di seluruh fasilitas BRIN juga akan ditingkatkan. BRIN juga akan menyokong finansial dan kebijakan bagi setiap riset dan inovasi, serta menghubungkannya dengan pasar. Berbagai upaya ini diharapkan bisa mempercepat penyelesaian berbagai vaksin di Indonesia, termasuk vaksin Merah Putih.
“Realitas ini mudah-mudahan menjadi pemacu kita semua, as a team, bagaimana kita dapat bersama-sama ikut berkontribusi melawan pandemi COVID-19. Bagaimana kita berkontribusi positif walaupun kecil, tetapi bisa berkontribusi pada bangsa dan negara,” ujar Iman.
(LH)