Channel9.id-Jakarta. Perkawinan dini menjadi salah satu pemicu stunting. Ini berkaitan erat dengan kondisi orangtua yang masih harus tumbuh, namun telanjur memiliki anak.
“Orang yang usianya belum sampai 20 tahun itu kan masih tumbuh. Jadi, ibarat pohon dia harus tumbuh tapi membesarkan juga bayinya dalam perut itu berat sekali,” tutur Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis (16/2).
Baca juga: Prevalensi Stunting di Indonesia Turun
Untuk diketahui, sebelumnya BKKBN melaporkan bahwa setiap tahun, ada 1,6 juta orang hamil di tahun pertama pernikahan. Sayangnya, 300 ribu bayi di antaranya mengalami stunting.
Anak yang stunting cenderung memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Selain itu, mereka rentan lebih cepat terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Selain stunting, dr Hasto menjelaskan bahwa perempuan yang hamil di usia muda, misalnya di usia 15 atau 16 tahun, akan lebih rentan mengalami pengeroposan tulang ketika sudah menopause. Pasalnya, “tulang milik ibunya itu diambil oleh bayi yang ada di dalam perut.”
“Jadi, kalau hamil di usia 15-16 tahun, sebetulnya tulang Anda lebih relatif keropos. Kalau Anda menopause, orang lain masih gagah Anda sudah bungkuk,” jelasnya. Ia pun menambahkan bahwa mereka juga rentan patah tulang.
“Jadi, banyak sekali faktor yang membuat kerugian. Anak jadi tak tumbuh baik dan stunting,” tandasnya.