Channel9.id-Jakarta. YouTube telah menghapus lebih dari 70.000 video terkait konflik Rusia menginvasi Ukraina sejak akhir Februari hingga kini, lapor The Guardian. Perusahaan mengatakan bahwa video dihapus karena telah melanggar kebijakan utama tentang kekerasan, yang melarang kreator konten menyangkal atau meremehkan peristiwa seperti invasi.
Baca juga: YouTube Hadirkan Fitur untuk Atur Frekuensi Penayangan Iklan
YouTube tak merinci bagaimana mereka menindaklanjuti pelanggaran itu. Namun, yang pasti, perusahaan menangguhkan sekitar 9.000 kanal, termasuk satu yang terkait dengan jurnalis pro-Kremlin Vladimir Solovyov. Beberapa video yang diturunkan YouTube melanggar kebijakan lantaran mengklaim bahwa invasi merupakan “misi pembebasan.”
“Kami memiliki kebijakan peristiwa kekerasan yang besar, dan itu berlaku untuk hal-hal seperti penolakan peristiwa kekerasan besar: mulai dari Holocaust hingga Sandy Hook. Dan tentu saja, apa yang terjadi di Ukraina adalah peristiwa kekerasan yang besar,” ujar Neal Mohan, kepala produk YouTube, dikutip dari Engadget, Senin (23/5).
Sebagian akibat dari tindakannya, YouTube melihat peningkatan jumlah orang di Ukraina, Polandia, dan Rusia yang mengonsumsi konten pemerintah selama konflik tersebut. Di Ukraina, misalnya, konten berita tentang invasi telah ditonton lebih dari 40 juta kali.
“Tanggung jawab pertama, dan mungkin yang paling penting, adalah memastikan bahwa orang yang mencari informasi tentang peristiwa ini dari sumber yang akurat, berkualitas tinggi, dan kredibel di YouTube,” tandas Mohan.
Langkah ini menggarisbawahi peran penting layanan seperti YouTube dalam mencegah penyebaran misinformasi secara online. Di Rusia saja, YouTube memiliki lebih dari 90 juta pengguna—yang menjadikannya platform berbagi video terbesar di negara itu. Tindakan perusahaan terhadap jaringan yang disponsori negara, seperti RT dan Sputnik, berdampak besar pada kemampuan organisasi tersebut untuk menyebarkan pesan Kremlin.
(LH)