Channel9.id – Jakarta. Bentrokan terjadi di wilayah pesisir Suriah, wilayah yang dikenal sebagai jantung komunitas Alawite usai jatuhnya pemerintahan Bashar Al Assad. Pendukung Assad bentrok dengan pasukan keamanan Suriah yang berafiliasi dengan pemerintahan baru.
Bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan loyalis Assad itu meletus pada Kamis (6/3/2025). Bentrokan yang terjadi di Jableh, Baniyas dan wilayah sekitarnya ini terjadi beberapa bulan setelah Bashar al-Assad digulingkan pada Desember lalu.
Bentrokan ini terjadi ketika pasukan pemerintah melancarkan operasi besar-besaran menyusul pemberontakan kecil yang diduga dipicu kelompok Alawite. Kelompok pendukung Assad itu sebelumnya meluncurkan serangan mendadak hingga mengakibatkan puluhan pasukan keamanan tewas.
Pasukan keamanan Suriah pun menggelar operasi untuk merespons serangan tersebut. Namun, operasi itu berubah kacau dan mematikan setelah warga dan para pejuang lain ikut campur, entah untuk membantu atau mengobarkan kerusuhan, demikian menurut pejabat Suriah.
Berdasarkan laporan lembaga Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights, sebanyak 745 warga sipil tewas di provinsi Latakia dan Tartus. Mereka terdiri dari perempuan dan anak-anak dari minoritas Alawite.
Observatory yang berpusat di Inggris mengatakan mereka tewas dalam ‘eksekusi’ yang dilakukan personel keamanan atau pejuang pro-pemerintah, disertai dengan “penjarahan rumah dan properti”.
Pertempuran itu juga telah menewaskan 125 anggota pasukan keamanan Suriah dan 148 pejuang loyal Assad. Sehingga, jumlah korban tewas secara keseluruhan menjadi 1.018 orang.
“Ini adalah pembantaian sektarian yang bertujuan mengusir penduduk Alawite dari rumah mereka,” kata Rami Abdulrahman, kepala observatorium yang telah lama menjadi pengkritik pemerintahan Assad dilansir dari Reuters, Senin (10/3/2025).
Sementara itu, presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa menyerukan persatuan dan perdamaian nasional. Turk mengatakan pengumuman oleh otoritas negara untuk menghormati hukum perlu diikuti dengan tindakan untuk melindungi warga Suriah, dan untuk memastikan akuntabilitas atas pelanggaran.
“Harus ada investigasi yang cepat, transparan, dan tidak memihak terhadap semua pembunuhan dan pelanggaran lainnya, dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban, sesuai dengan norma dan standar hukum internasional. Kelompok yang meneror warga sipil juga harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Turk dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Yordania Tembak Jatuh Drone dari Suriah yang Membawa Sabu-Sabu
HT