Channel9.id-Jakarta. Pemerintah dan Bank Indonesia memperhitungkan pengaruh risiko global, termasuk virus corona, dalam menentukan target inflasi yang diproyeksikan mencapai kisaran tiga persen pada tahun ini. “Faktor menekan inflasi baik berasal global, isu masalah virus, apakah harga komoditi global juga naik, itu telah dihitung,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.
Selain risiko global, proyeksi inflasi juga sudah mempertimbangkan apabila ada penyesuaian beberapa harga yang diatur oleh pemerintah atau administrative price yang berasal dari risiko domestik. Bank sentral itu, kata Doddy, yakin dengan kisaran proyeksi inflasi 2020 itu sehingga posisi kebijakan moneter BI masih akomodatif.
“Tentunya di sini, stance kebijakan itu tidak saja dilihat dari inflasi tapi bagaimana konteks eksternal nilai tukar rupiah. Dua faktor ini menjadi faktor seandainya kami melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga,” kata Doddy.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan tahun ini pemerintah dan BI menetapkan target untuk menjaga inflasi golongan volatile food atau harga pangan yang kerap mengalami gejolak. Pemerintah bersama bank sentral menargetkan harga pangan yang kerap bergejolak ditargetkan sebesar 4 plus minus 1 persen atau berada pada kisaran 3-5 persen.
Untuk menjaga inflasi dalam volatile food itu, akan dilakukan strategi 4K yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi barang, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif. “Biasa volatile food tidak ditargetkan, karena begitu besarnya tantangan seperti gangguan musiman, kami coba hilangkan disparitas,” kata Iskandar.
