Perluas Kebijakan, Facebook Akan Tindaklanjuti Kelompok Terkoordinasi Pelanggar Aturan
Techno

Perluas Kebijakan, Facebook Akan Tindaklanjuti Kelompok Terkoordinasi Pelanggar Aturan

Channel9.id-Jakarta. Perluas Kebijakan, Facebook Akan Tindaklanjuti Kelompok Terkoordinasi Pelanggar Aturan Adapun pembaruan perusahaan yang masih dalam tahap awal ini, pertama kali dilaporkan oleh Reuters.

Secara praktis, pembaruan itu memungkinkan moderator mengambil tindakan yang lebih luas, ketimbang melarang akun atau individu yang melanggar aturan. Dengan begitu, mereka bisa menghentikan atau melarang upaya terkoordinasi akun-akun yang melecehkan pengguna pengguna lain.

Baca juga: Program VIP di Facebook Memungkinkan Akun “High Profile” Langgar Aturan

Sebagaimana laporan Reuters, pada Januari lalu, Facebook mengakui bahwa aturan tersebut punya batasan. “Kami baru memiliki sedikit kebijakan terkait bahaya otentik yang terkoordinasi,” demikian laporan internal, mengacu pada kampanye “Stop The Steal” untuk membatalkan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

“Apa yang kita lakukan ketika sebuah gerakan autentik terkoordinasi melalui akar rumput, tetapi secara inheren berbahaya dan melanggar kebijakan kita?” Laporan itu menyarankan hal-hal seperti menghambat pertumbuhan gerakan—seperti “Stop the Steal”, di mana Facebook dan Instagram pada akhirnya melarang frasa tersebut pada platformnya.

Reuters menyorot dua insiden di mana Facebook mungkin menargetkan kelompok akun asli yang terkoordinasi secara sistematis dan melanggar aturannya: pelaporan massal—di mana seseorang ‘secara salah’ melaporkan pengguna lain atas pelanggaran kebijakan, dan kampanye terkoordinasi yang menargetkan seseorang untuk pelecehan. Insiden-insiden ini bisa melibatkan kelompok yang disponsori negara atau mandiri, yang dikoordinasikan oleh gerakan politik atau kelompok pendukung politik.

Dilansir dari The Verge (17/9), Facebook mengumumkan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan soal kategori mana saja yang disebut sebagai “gerakan berbahaya yang terkoordinasi”, dan mereka berencana untuk menindaknya. Perusahaan mencontohkan, misalnya saja kejadian di Jerman, di mana ada gerakan antivaksin Querdenken. Para anggota gerakan menggunakan akun asli dan duplikat untuk mengunggah, serta mereka memperkuat konten yang melanggar—termasuk misinformasi tentang kesehatan.

“Meskipun kami tidak melarang semua konten Querdenken, kami terus memantau situasi dan akan mengambil tindakan jika kami menemukan pelanggaran tambahan untuk mencegah penyalahgunaan di platform kami dan melindungi orang yang menggunakan layanan kami,” jelas Facebook.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  1  =