Channel9.id-Mali. Kementerian Luar Negeri Mali memanggil duta Prancis ke Bamako dikarenakan komentar Presiden Emmanuel Macron yang tidak bersahabat, Rabu (6/10/2021).
Ini merupakan konflik terbaru antara Mali dengan partner kuncinya, Prancis, dikarenakan adanya laporan Mali yang ingin merekrut tentara bayaran Rusia disaat Paris sedang mengumpulkan 5,000 pasukan anti-terorisme di daerah Afrika.
Baca juga: Presiden Pengganti Mali dan Perdana Menterinya Mengundurkan Diri
Konflik ini dimulai setelah perdana menteri Mali menuduh Prancis telah meninggalkan perjanjian kerja samanya dalam melawan kelompok teroris. Lalu setelah itu pada minggu lalu, Macron membantah tuduhan tersebut dan mempertanyakan legitimasi otoritas Mali dalam mengawasi pemilu setelah mengalami kudeta dua tahun lalu.
Atas komentar tersebut, kemenlu Mali dilaporkan memanggil duta Prancis untuk memberitahu kalau pemerintah Mali tak senang dan tak setuju dengan komentar Macron.
Di jumpa pers, Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop menegaskan “secara tegas mengecam komentar Macron yang dapat melukai hubungan persahabatan kedua negara,” ungkap pernyataan dari kemenlu Mali.
Disebutkan kalau Diop juga menyerukan kedua pihak untuk mengambil langkah konstruktif dan memprioritaskan perlawanan melawan kelompok teroris di Mali
Kekerasan di Sahel, sebuah daerah gersang di daerah ujung selatan gurun Sahara, semakin memanas beberapa tahun belakangan ini walaupun sudah dikerahkannya ribuan pasukan PBB dan negara-negara Barat.
Pejabat keamanan dan diplomatik menyebutkan kalau pemerintah junta Mali sudah hampir menyetujui untuk menyewa pasukan bayaran dari Rusia dan Prancis telah mengerahkan langkah diplomatik untuk mencegah hal tersebut, menyatakan kalau langkah pemerintah Mali tersebut tak pantas disaat adanya Prancis di Mali.
(RAG)
