Channel9.id-Jakarta. Meta baru saja menyelesaikan tahap awal pengembangan superkomputer berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Setelah AI Research SuperCluster (RSC) selesai dibangun akhir tahun ini, perusahaan percaya bahwa ini akan menjadi superkomputer AI tercepat di Bumi, dengan kinerja hampir 5 exaflops dari gabungan komputasi presisi.
Meta mengatakan RSC akan membantu para peneliti mengembangkan model AI yang lebih baik, yang bisa mempelajari triliunan contoh. Misalnya, lanjut Meta, model AI tersebut nantinya bisa membangun alat augmented reality (AR) yang lebih baik dalam menganalisis teks, gambar, dan video secara bersamaan tanpa hambatan. Adapun pengerjaan proyek ini diharapkan bisa mewujudkan visi perusahaan, yakni metaverse—di mana aplikasi dan produk berbasis AI memiliki peran kunci.
“Kami berharap RSC bisa membantu kami membangun sistem AI yang sangat baru, yang bisa, misalnya, mendukung terjemahan suara ke sekelompok banyak orang ketika masing-masing berbicara dalam bahasa yang berbeda. Sehingga mereka bisa berkolaborasi tanpa hambatan dalam proyek penelitian atau memainkan game AR,” jelas manajer program teknis Kevin Lee dan insinyur software Shubho Sengupta, dikutip dari Engadget.
Diketahui, RSC saat ini memiliki 760 sistem Nvidia DGX A100 dengan total 6.080 GPU. Meta percaya bahwa iterasi saat ini sudah menjadi salah satu superkomputer AI tercepat di Bumi. Berdasarkan tolok ukur awal, Meta mengklaim RSC bisa menjalankan alur kerja visi komputer hingga 20 kali lebih cepat—jika dibandingkan dengan setup lama perusahaan, dan membuat kerja Perpustakaan Komunikasi Kolektif NVIDIA sembilan kali lebih cepat. Selain itu, Meta mengatakan RSC juga bisa melatih model pemrosesan bahasa tiga kali lebih cepat juga.
Dengan demikian, model AI yang menentukan apakah “suatu aksi, suara, atau gambar berbahaya atau tidak berbahaya” (misalnya, untuk menghilangkan ujaran kebencian) bisa dilatih lebih cepat. Menurut Meta, hal ini akan membantu melindungi orang-orang di layanan saat ini, seperti di Facebook, Instagram, serta metaverse.
Selain menciptakan infrastruktur fisik dan sistem untuk menjalankan RSC itu, Meta mengatakan pihaknya perlu memastikan kontrol keamanan dan privasi untuk melindungi data dari dunia nyata yang digunakan. Meta melanjutkan, dengan menggunakan data ini di sistem produksinya, pihaknya bisa lebih efektif menggunakan penelitiannya dengan, misalnya, mengidentifikasi konten berbahaya.
Lebih lanjut, pada tahun ini, Meta berencana menambah jumlah GPU di RSC menjadi 16.000. Langkah ini diyakini bisa meningkatkan kinerja pelatihan AI lebih dari 2,5 kali lipat. Meta memulai proyek ini pada 2020 ingin RSC melatih model AI untuk mengumpulkan data hingga ukuran exabyte—yakni setara dengan video berkualitas tinggi dalam 36.000 tahun.
“Kami mengharapkan langkah pengembangan kemampuan komputasi itu memungkinkan kami membuat model AI yang lebih akurat untuk layanan kami, serta memberi pengalaman yang benar-benar baru bagi pengguna, terutama di metaverse,” tulis Lee dan Sengupta.
Sebagai informasi, sistem exascale lainnya sedang dibangun di Amerika Serikat. Superkomputer Aurora yang tertunda di Laboratorium Nasional Argonne Departemen Energi itu diperkirakan bisa mencapai 2 exaflops, sementara superkomputer El Capitan—yang akan mengelola cadangan nuklir negara itu, diperkirakan akan mencapai maksimal 2 exaflops pada tahun tahun depan.
(LH)