Channel9. Id – Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut bahwa kini kelompok teroris di Indonesia mengubah srtategi dengan menyusup ke partai politik dan organisasi ormas Islam.
Dugaan kuat BNPT itu disampaikan oleh Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris yang menegaskan keberadaan terduga teroris di sejumlah Ormas Islam, partai, hingga lembaga negara merupakan buntut perubahan strategi organisasi teror.
Ifran mengatakan pola baru aksi teroris itu memanfaatkan sistem demokrasi untuk masuk menguasai lembaga secara formal.
Baca juga: PW Muhammadiyah Bengkulu Nonaktifkan 3 Kader yang Ditangkap Densus 88
Baca juga: Kadernya Ditangkap, Partai Ummat Minta Densus 88 Dievaluasi
“Jangankan lembaga negara, jangankan partai. Organisasi ummat yang sangat kita harapkan melahirkan fatwa-fatwa atas kegelisahan umat terhadap persoalan kebangsaan itu juga dimasuki,” ungkap Irfan dalam Sharing Session BNPT di Jakarta Selatan, Jumat (18/2).
Perubahan strategj kelompok teroris itu terjadi setelah pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi menyerukan kepada simpatisan, pendukung, militan, dan kelompok inti agar tidak semuanya berangkat ke Suriah.
“Ini perubahan strategi mereka setelah Abu Bakar Al Bagdhadi mengumandangkan, menginstruksikan… untuk melakukan pola jangan semuanya harus ke Suriah,” kata Irfan.
Irfan menuturkan, bahwa pimpinan ISIS Abu Bakar Al Baghdadi menyilakan pengikutnya untuk melakukan aksi di negara sendiri.
Awalnya, kelompok teroris itu berencana menjadikan wilayah Poso, Sulawesi Tengah atau Filipina sebagai titik pusat aksinya. Namun, tokoh pendukung ISIS, Santoso dieksekusi oleh aparat.
“Silakan beraksi di negeri sendiri dan direncanakan untuk dipusatkan di Poso,” tuturnya.
Irfan menegaskan BNPT tidak bermaksud menuding sejumlah lembaga yang anggotanya ditangkap Densus 88 Antiteror sebagai organisasi teroris.
Menurutnya, teroris menyusup dan tidak langsung melancarkan aksi teror, melainkan berupaya menguasai lembaga tersebut. Sama ketika kelompok teroris ini juga menyusup di perguruan tinggi.
“Tidak langsung melakukan aksi di pendidikan tinggi tapi melakukan proses-proses awal, misalnya pembaiatan, pengajian, dengan sangat disayangkan,” ujarnya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, dalam beberapa bulan terakhir ini Densus 88 membekuk sejumlah terduga teroris. Sebagian dari mereka merupakan anggota partai politik seperti Partai Dakwah dan Partai Ummat. Selain itu, mereka juga tercatat sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI).