Channel9.id-Jakarta. Di awal pandemi COVID-19, para peneliti mencoba melatih anjing untuk mendeteksi infeksi COVID-19 pada manusia. Sesuai yang diduga, hewan ini terbukti mahir mengendus penyakit. Namun, para peneliti kemudian mempertanyakan bagaimana mereka memastikan pendekatan penelitian ini. Belum lagi, melatih anjing itu mahal, demikian pula merawatnya.
Meski begitu, ide menggunakan hewan untuk mendeteksi manusia yang sakit termasuk ide yang bagus. Berangkat dari itu, tim peneliti dari Michigan State University dengan cara yang baru.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal bioRXiv, para peneliti itu merinci sistem skrining kanker dengan menggunkan belalang. Menurut laporan MIT Technology Review, teknologi ini melibatkan belalang yang sudah dibedah dan ditanamkan elektroda ke dalam lobus otak mereka oleh Profesor Debajit Saha dan timnya. Elektroda itu ada di sana untuk menangkap sinyal dari antena belalang , yang mereka gunakan untuk mencium bau.
Kemudian tim menumbuhkan tiga jenis sel kanker mulut manusia yang berbeda—selain satu set sel sehat yang terpisah, dan membangun perangkat untuk menangkap gas yang dipancarkan oleh jaringan kanker tersebut. Perangkat ini untuk memancarkan bau gas ke serangga. Hasilnya, tim peneliti menemukan bahwa otak belalang merespons setiap jenis jaringan kanker secara berbeda. Belalang pun bisa mengidentifikasi sel-sel yang sakit hanya dengan menangkap gas.
Studi ini belum ditinjau lagi, dan sulit dipastikan apakah regulator seperti Food and Drug Administration (FDA) akan menyetujui prosedur semacam itu. Belum lagi, masyarakat akan mempertanyakan apa yang telah dilakukan terhadap belalang. “Serangga itu mati dalam hal fungsi tubuhnya,” kata Saha kepada MIT Technology Review. “Kami hanya menjaga otaknya tetap hidup.”
Lebih lanjut, Saha dan timnya berencana untuk terus mengerjakan proyek tersebut. Mereka saat ini membutuhkan antara enam hingga 10 otak belalang. Dia berharap elektroda baru memungkinkan timnya untuk merekam lebih banyak neuron. Dengan begitu, satu otak belalang cukup untuk skrining. Dia pun ingin membuat perangkat portabel yang bisa mewadahi otak dan antena serangga, yang memungkinkan tim untuk menggunakan sistem di luar lab.