Mendagri: Kelompok Masyarakat Harus Solid Supaya Konflik Bisa Dicegah
Nasional

Mendagri: Kelompok Masyarakat Harus Solid Supaya Konflik Bisa Dicegah

Channel9.id-Jakarta. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian tak memungkiri bahwa keberagaman di Indonesia berpotensi memicu konflik, meski di lain sisi merupakan kekayaan negara. Maka dari itu, kata dia, diperlukan manajemen konflik agar tak terjadi perpecahan dalam negeri.

“Bangsa Indonesia itu plural, diverse, bersuku-suku, beragam agama… kita mesti sadar bahwa keragaman ini adalah kekayaan, namun di lain sisi, berpotensi memicu konflik,” lanjut Tito dalam Rakornas Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bertajuk “Sinergi Memantapkan Kerukunan Sosial Masyarakat dalam Mewujudkan Pemilu Damai, Aman, dan Harmoni” yang digelar pada Selasa (11/4).

Ia mengatakan bahwa semakin beragam, maka semakin besar potensi konflik. “Itulah mengapa kita perlu melakukan sinergi untuk mewujudkan ketahanan sosial,” pungkasnya. Adapun sinergi yang dimaksud melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, aparatur negara, hingga pemerintah.

Selain melakukan sinergi, diperlukan juga manajemen konflik untuk mewujudkan ketahanan sosial. Salah satu caranya yaitu dengan membuat kelompok yang berbeda menjadi solid.

“Kalau mau membuat kelompok jadi solid, maka semua kesamaan yang ada harus ‘diangkat’ atau dieksploitasi. Misalnya, ketika berbicara keindonesiaan, nilai-nilai yang sama antarkelompok yang membuat kita menjadi warga negara Indonesia, harus ‘diangkat’—seperti persoalan perut dan dasar Pancasila akan menyatukan kita, juga lagu Indonesia Raya yang biasa dinyanyikan,” ujar Tito.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa mempertahankan Indonesia yang plural selama 77 tahun ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat tak banyak negara yang sanggup menghadapi pluralisme. “Pluraslisme ini harus kita rawat, harus kita jaga, dan kita harus terus antisipasi dan lengah,” ujarnya.

Tito mewanti-wati bahwa masalah di Indonesia bukanlah perang antarnergara, melainkan konflik di dalam negeri karena ketidakadilan, masalah sosial, konflik karena perebutan sumber daya manusia (SDM), dan lain sebagianya.

Ia juga menekankan, “merawat dan mencegah konflik lebih baik daripada mengatasi atau mengobati dampak konflik.” Sebab mengatasi konflik akan menghabiskan biaya besar, memakan korban, memicu dendam, dan sebagainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =