Channel9.id – Jakarta. Tembakau tak selalu diasosiasikan dengan rokok dan nikotin yang dinilai membahayakan kesehatan. Ternyata, tembakau dapat juga diolah menjadi energi dan bahan bakar ramah lingkungan nabati atau biofuel.
Menurut Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), Ratna Yuniati, semua bagian dari pohon tembakau dan limbah tembakau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Manfaat tembakau kini lebih mengarah pada kemampuan signifikan dalam ilmu tanaman dan bioteknologi di bidang ilmiah, seperti bidang genetika, fitopatologi, fotosintesis, nutrisi, dan pertumbuhan tanaman,” katanya di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Jumat (9/6/2023).
Ia mencontohkan pohon tembakau dan limbah tembakau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti diolah menjadi energi dan bahan bakar ramah lingkungan nabati atau biofuel, bahan bakar biopestisida, bahan bio-briket, hingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan kertas, bioetanol, dan bioplastik.
“Tembakau tidak selalu mengenai rokok, keunggulan pestisida organik dari olahan limbah tembakau, cenderung lebih ramah lingkungan dengan bahan baku yang mudah diperoleh dan pembuatannya cukup sederhana,” kata Ratna Yuniati.
Menurut Yuniati, dengan memanfaatkan pestisida nabati tersebut, diharapkan peranan tembakau sebagai bahan alami dapat menekan jumlah hama yang meningkat, sehingga penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi.
Untuk itu Unit Pelaksana Teknis Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (UPT K3L) UI menyelenggarakan kegiatan webinar Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2023.
UI menerapkan kawasan tanpa asap rokok yang telah berjalan selama 10 tahun, didukung dengan terus melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada warga UI. Bahkan larangan merokok di tempat umum terlihat dengan adanya stiker di berbagai lokasi sekitar kampus UI.
“Melalui webinar ini diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi para perokok untuk dapat lebih mengutamakan kesehatan serta pemanfaatan tembakau untuk kehidupan selain rokok ” ujar Kepala UPT K3L UI Sjahrul M Nasri.
Sementara itu Ahli dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI (FKUI) Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa tidak ada “batas aman” atau tanpa risiko pada paparan asap rokok.
Baik secara berpikir logis dan bukti-bukti ilmiah, rokok mengandung berbagai senyawa yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh, seperti serangan jantung, kanker paru-paru, gagal jantung, dan lain-lain.
“Berhenti merokok dapat memberikan dampak positif terhadap angka harapan hidup, perbaikan gejala, serta penurunan risiko berbagai penyakit dan kematian akibat rokok,” ujar Agus.
Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara penghasil tembakau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi tembakau di Indonesia sebanyak 225.700 ton pada 2022. Jumlah tersebut menurun 8,03% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 245.400 ton.
Dari besarnya produksi tembakau itu, Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam setelah Cina, Brazil, India, USA dan Malawi.
Baca juga: Petani Tembakau Dihantam Pandemi, Pemerintah Diharapkan Beri Dukungan
Baca juga: Jumlah Perokok Diprediksi Menurun Pada Tahun Depan