Channel9.id-Jakarta. Berolahraga tanpa musik ibarat sayur tanpa garam. Hal tersebut setidaknya diungkapkan oleh peserta lari marathon Marinir Amerika Serikat, Richie Sais yang menantang panitia untuk menggeledah iPod. Badan nasional USA Track & Field sebelumnya telah merilis pelarangan untuk atlet yang menggunakan pendengar musik untuk memastikan keselamatan pelari. Sais sendiri pun akhirnya menyembunyikan iPod dibalik kaos larinya.
Perasaan tersebut berkaitan erat dengan sinergi antara musik dan kegiatan olahraga. Beberapa riset juga telah mengkofirmasi hal tersebut, bahwa ada kaitan antara kegiatan fisik dan rangsangan pendengaran yang berujung pada peningkatan performa atlet.
Penelitian yang mencoba menyelidiki fenomena ini sudah berlangsung sejak abad lalu. Dilansir dari Scientific American, penelitian pada tahun 1911 menemukan bahwa peseda terlihat lebih kuat saat mendengar penampilan pemusik dibanding dilaur área dengan pemusik.
Dua hal penting dari sinergi ini adalah tempo dan dan kecepatan. Pakar menyebut ini dengan rythem response, artinya dorongan yang disebabkan oleh lagu. Banyak orang memiliki insting untuk mensinkronkan gerakan tubuh dengan musik, maka semakin tinggi temponya semakin kuat juga dorongan tersebut.
Aspek lain yang dapat mendorong sinergi antara olahraga dan musik adalah respon emosional pendengarnya. Musik dapat mendorong pembentukan gambaran mental suatu suasana yang emosional. Pendengarnya pun dapat merasakan emosi kuat saat mendengarnya. Hal ini juga yang menjadi penambah motivasi saat berolahraga.
Dalam penelitian terhadap 184 mahasiswa, ditemukan bahwa musik olahraga paling popular adalah music jenis hip-hop (27.7 persen), rock (24 persen), dan pop (20.3 persen). Ketiga genre tersebut memiliki kesamaan dalam hal beats per minute (BPM) yang tinggi. Beberapa pakar psikolog menggarisbawahi ketertarikan orang untuk memilih musik dengan 120 bpm sedangkan untuk olahraga lebih intens seperti treadmill, orang memilih musik dengan 160 bpm.
Baca juga: Lari Sebagai Olahraga Mengurangi Kecemasan
Hal ini disimpulkan oleh Costas Karageorghis, pakar psikologi di bidang musik olahraga, yang menuliskan bahwa musik dapat menjadi obat penambah performa legal. Hal ini berkaitan erat juga dengan kemampuan musik untuk mengalihkan pendengarnya dari rasa sakit dan lelahnya berolahraga. Sehingga berdampak juga meningkatnya ketahanan diri dan efisiensi proses metabolisme.
(FB)