Channel9.id – Jakarta. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim membacakan pidato dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024 yang jatuh setiap 2 Mei.
Dalam pidatonya, Nadiem menitipkan program andalannya, Merdeka Belajar, ke pemerintahan selanjutnya.
Pidato itu disampaikan Nadiem dalam upacara peringatan Hardiknas di Kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Kamis (2/5/2024). Dalam pidato Hardiknas yang mengangkat tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar” ini, Nadiem mulanya mengenang perjalanan Merdeka Belajar selama lima tahun berjalan.
“Lima tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat mengesankan dalam perjalanan kami di Kemendikbudristek. Menjadi pemimpin dari gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan kami tentang tantangan dan kesempatan yang kita miliki untuk memajukan pendidikan Indonesia,” ujar Nadiem.
Nadiem menambahkan, mengubah sistem yang sangat besar bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan perjuangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Ia mengatakan, pandemi telah mengubah proses belajar-mengajar dan cara hidup secara drastis. Selain itu, pandemi juga memberi kesempatan untuk mengakselerasi perubahan.
“Dengan bergotong royong, kita berjuang untuk pulih dan bangkit kembali menjadi jauh lebih kuat,” lanjutnya.
Nadiem pun mengucapkan terima kasih kepada para pemangku kepentingan yang mendukung gerakan Merdeka Belajar. Meskipun ini menjadi pidato terakhirnya sebagai Menteri Pendidikan dalam momentum Hardiknas, ia berharap program Merdeka Belajar dapat terus berjalan.
“Terima kasih telah menjadi pendorong perubahan dalam kemajuan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Mari kita terus maju, lanjutkan semangat Merdeka Belajar,” ujar Nadiem.
Sebagai informasi, peringatan Hardiknas bertepatan dengan tanggal kelahiran ‘Bapak Pendidikan Nasional’ yaitu Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara sendiri lahir di Pakualaman pada tanggal 2 Mei 1889, dan meninggal di Jogjakarta, 26 April 1959 pada usia 69 tahun. Dalam perjuangannya, Ki Hadjar adalah seorang pahlawan nasional yang berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia-Belanda pada masa itu.
Kebijakan yang ditentang adalah kebijakan tentang pendidikan yang hanya bisa dirasakan oleh anak-anak keturunan Belanda maupun golongan priyayi.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah saat itu membuatnya diasingkan ke Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang dikenal dengan nama Taman Siswa. Selain mendirikan Taman Siswa, masih banyak kontribusi Ki Hajar Dewantara dalam ranah pendidikan di Indonesia, salah satunya menjadi menteri pendidikan RI pertama.
HT