tiktok tokpedia
Uncategorized

TikTok Untung Besar di Indonesia, tapi Investasi Justru Lebih Besar di Negara Lain

Channel9.id, Jakarta – Meski Indonesia menjadi pasar terbesar kedua bagi TikTok Shop secara global, nilai investasi yang dikucurkan ByteDance di Tanah Air justru kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang komitmen jangka panjang ByteDance terhadap ekonomi digital Indonesia.

Berdasarkan data dari Momentum Works, TikTok Shop Indonesia mencatat Gross Merchandise Value (GMV) sebesar US$6,19 miliar atau sekitar Rp101,8 triliun pada 2024. Nilai tersebut tumbuh 39% secara tahunan dan menempatkan Indonesia di bawah Amerika Serikat sebagai pasar terbesar TikTok Shop.

Namun ironisnya, nilai investasi ByteDance di Indonesia melalui akuisisi 75,01% saham Tokopedia dari GoTo hanya senilai US$1,5 miliar atau Rp23 triliun. Bandingkan dengan Thailand, yang memiliki GMV lebih rendah, tetapi justru menerima investasi hingga Rp61,1 triliun. Tak hanya itu, ByteDance juga menggelontorkan Rp34 triliun untuk membangun pusat data AI di Malaysia pada pertengahan 2024.

KPPU Selidiki Dugaan Monopoli

Sementara itu, akuisisi mayoritas saham Tokopedia oleh ByteDance turut menjadi sorotan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Lembaga tersebut menyelidiki potensi praktik monopoli pasca integrasi TikTok Shop dan Tokopedia.

KPPU menyebut telah menemukan indikasi peningkatan konsentrasi pasar dan potensi kenaikan harga setelah akuisisi. Sebagai langkah pengawasan, KPPU mewajibkan kedua perusahaan menyampaikan laporan operasional setiap tiga bulan selama dua tahun, serta menyerahkan dokumen terkait kerja sama logistik dan pembayaran baik sebelum maupun sesudah akuisisi.

TikTok menolak memberikan komentar atas penyelidikan ini, sementara Tokopedia belum memberikan respons.

Rata-rata nilai transaksi barang TikTok Shop di Indonesia sepanjang 2024 berada di angka US$4,98 per transaksi, sedikit lebih tinggi dibanding Malaysia dengan US$4,64. Meskipun demikian, perbandingan ini tidak mencerminkan proporsi investasi yang dilakukan ByteDance di masing-masing negara.

Kesenjangan investasi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri digital Indonesia, terutama mengingat kontribusi besar pasar domestik terhadap pertumbuhan global TikTok Shop. Ditambah dengan dugaan dominasi pasar, sorotan terhadap keberlanjutan dan keadilan ekosistem digital Indonesia pun semakin tajam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

73  +    =  77