Channel9.id, Jakarta – Setelah hampir dua pekan konflik militer terbuka, Iran dan Israel akhirnya sepakat untuk menghentikan permusuhan melalui skema gencatan senjata bertahap. Namun, alih-alih meredakan tensi sepenuhnya, kedua negara justru saling berebut panggung klaim kemenangan dan supremasi militer pascaperang.
Gencatan senjata efektif berlaku mulai pukul 07.00 waktu setempat, setelah malam sebelumnya kedua pihak masih saling menggempur lewat serangan udara dan rudal. Iran disebut terus meluncurkan rudal ke sejumlah fasilitas strategis Israel, sementara Tel Aviv melakukan bombardir intensif ke berbagai titik di wilayah Iran, termasuk ibu kota Teheran.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan itu tercapai setelah dirinya melakukan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Trump, yang memublikasikan peran diplomatiknya melalui platform Truth Social, menyebut gencatan senjata ini sebagai “hasil keberanian dan kecerdasan dua negara.”
“Dengan asumsi semuanya berjalan sesuai rencana—dan memang akan berjalan—saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua negara, Israel dan Iran,” tulis Trump. Ia menyebut pertempuran itu sebagai ‘Perang 12 Hari’, yang berhasil dihentikan berkat diplomasi tingkat tinggi.
Pemerintah Israel menyambut gencatan senjata dengan menyatakan bahwa mereka telah mencapai seluruh tujuan militer dalam operasi bertajuk “Rising Lion”. Dalam pernyataan resmi, Netanyahu dan jajaran militer mengklaim telah “menyingkirkan ancaman ganda” dari program nuklir dan rudal Iran.
Militer Israel (IDF) mengaku telah meraih dominasi udara penuh atas Teheran, menghancurkan puluhan target militer, serta membunuh sejumlah komandan penting dan ilmuwan nuklir Iran. Mereka juga berterima kasih kepada Trump atas peran Amerika Serikat dalam menghancurkan fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan, meskipun klaim ini dibantah oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan pemerintah Iran.
“Ini adalah kemenangan strategis yang menegaskan keabadian Israel di kawasan,” ujar pernyataan IDF.
Berbeda dengan Israel, Presiden Iran Massoud Pezeshkian juga menyampaikan pidato kemenangan kepada rakyatnya. Ia menyebut bahwa rakyat Iran telah menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi “agresi rezim Zionis” dan berhasil menggagalkan upaya Israel serta sekutunya untuk melumpuhkan program nuklir Iran.
Pezeshkian mengakui adanya kerugian sipil dan infrastruktur, namun menegaskan bahwa kekuatan rudal dan drone Iran berhasil menembus sistem pertahanan canggih Israel seperti Iron Dome dan THAAD. Ia juga menyatakan bahwa serangan balasan Iran telah melumpuhkan kota-kota strategis Israel seperti Tel Aviv dan Haifa.
“Dunia telah melihat bahwa agresi terhadap Iran memiliki harga yang mahal,” tegas Pezeshkian. “Kebohongan rezim Zionis telah runtuh di hadapan keteguhan bangsa Iran.”
Gencatan senjata ini menandai titik krusial dalam hubungan panas dua musuh bebuyutan tersebut, tetapi juga membuka babak baru dalam perang informasi dan diplomasi. Alih-alih saling mendekatkan diri pada stabilitas kawasan, baik Iran maupun Israel kini berlomba mengklaim siapa yang lebih unggul dalam konfrontasi terbaru ini.
Di tengah rivalitas yang terus menyala, sorotan juga tertuju pada peran Amerika Serikat dan Trump secara pribadi, yang mencoba membingkai peristiwa ini sebagai pencapaian diplomasi ala “America First.”