Channel9.id, Jakarta – Pemerintah Uganda menyatakan keinginannya untuk memperluas hubungan bilateral dengan Indonesia ke arah yang lebih strategis, tidak hanya sebatas perdagangan dan investasi. Langkah ini dilandasi keinginan Uganda untuk menjalin kemitraan yang berkelanjutan, inklusif, serta mencakup inovasi dan pembangunan bersama.
Duta Besar Uganda untuk Malaysia yang juga terakreditasi untuk Indonesia, Betty Oyela Bigombe, menekankan pentingnya Indonesia sebagai mitra utama dalam kerangka kerja sama global. Menurutnya, Indonesia memiliki posisi penting di kawasan dan dunia sebagai anggota G20 serta pemimpin dalam kerja sama Selatan-Selatan.
“Indonesia bukan hanya ekonomi terbesar di ASEAN, tetapi juga pemimpin global dalam kolaborasi pembangunan. Itu sebabnya kami melihat Indonesia sebagai mitra strategis jangka panjang,” ujar Dubes Bigombe dalam Uganda-Indonesia Business Forum yang digelar di Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Bigombe menambahkan bahwa sejarah panjang hubungan antara Indonesia dan Uganda, termasuk kerja sama dalam Gerakan Non-Blok (GNB), menjadi fondasi kuat untuk membangun kemitraan baru yang lebih mendalam dan berdampak luas.
Tidak hanya berfokus pada perdagangan barang, Uganda ingin memperluas cakupan kerja sama dengan Indonesia di sektor-sektor seperti inovasi teknologi, ketahanan pangan, energi terbarukan, serta pembangunan sumber daya manusia.
Hal senada disampaikan oleh Menteri Perdagangan Uganda, Wilson Mbasu Mbadi. Ia menekankan pentingnya nilai dan kepercayaan dalam membangun kemitraan pembangunan yang saling menguntungkan.
“Indonesia telah lama menjadi mitra pembangunan bagi Uganda. Kami ingin kemitraan ini berkembang atas dasar kepentingan bersama yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sejauh ini, perdagangan kedua negara menunjukkan tren positif. Ekspor Indonesia ke Uganda hingga pertengahan 2025 tercatat sebesar US$16,8 juta, yang meliputi produk seperti besi, baja, mesin, dan obat-obatan. Di sisi lain, Uganda mengekspor produk senilai US$39,43 juta ke Indonesia, termasuk kakao, minyak nabati, dan kulit hewan.
Mbadi menyatakan bahwa ketidakseimbangan neraca dagang saat ini justru menjadi peluang untuk diversifikasi. Uganda berencana mendorong ekspor produk unggulan seperti kopi, teh, vanila, ikan air tawar, susu, buah, dan bunga ke pasar Indonesia.
“Kami tidak melihat ketidakseimbangan sebagai hambatan, justru ini membuka ruang untuk peningkatan volume dagang dan keragaman produk ekspor kedua negara,” jelas Mbadi.
Dengan latar belakang sejarah diplomatik yang kuat dan komitmen bersama untuk membangun hubungan yang setara, Uganda dan Indonesia tampaknya bersiap untuk memasuki babak baru dalam kemitraan internasional. Bukan hanya untuk memperkuat perdagangan, tetapi juga untuk membangun masa depan bersama yang lebih inklusif dan berkelanjutan.